Kenya, 29/6 (LintasMedan) – Petani kopi di Kenya beralih menanam alpukat menyusul dilakukannya penandatangan perjanjian oleh pemerintah setempat untuk mengekspor buah tersebut ke China pada April lalu.
Seorang petani Kenya, Alexander Muchiri menanam dan merawat 30 pohon alpukat sejak tujuh tahun lalu di tanah pertaniannya di Kabupaten Muranga.
Pada tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar alpukatnya dijual secara lokal dan hanya mampu memberikan penghasilan seadanya.
Dengan adanya penandatangan ekspor ke China, Muchiri mengatakan akan menanam lebih banyak pohon alpukat.
Sebab, kata dia akan ada pasar untuk menampung alpukat milik petani.
Pada tahun-tahun sebelumnya, hanya pialang yang datang membeli buah layak panen petani, namun mereka meninggalkan begitu saja buah yang kecil di pertanian tanpa ada yang bisa dijual.
“Akhirnya buah-buah kecil yang telah ikut dipetik akan terbuang begitu saja,” ujarnya.
Sekitar 2 kilometer dari pertanian Muchiri, Beatrice Mugure merawat 300 pohon alpukat. Dia biasa menanam kopi di lahan seluas delapan hektar dan kini beralih ke alpukat.
Hal itu dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu ketika harga kopi turun dan pasar untuk alpukat meningkat.
Hingga kini Kenya sebagai satu-satunya negara Afrika pengekspor buah terbesar ke pasar konsumen China.
Kementerian Perdagangan Kenya mengatakan bahwa pasar China akan mengambil lebih dari 40 persen tanaman alpukat Kenya.
Tetapi ada satu standar persyaratan yang mesti dipenuhi,” kata Sekretaris Kabinet Kenya untuk Perdagangan dan Industrialisasi, Peter Munya.
“Pada alpukat mentah yang akan dikirim tidak boleh dihinggapi lalat, ini cukup menyulitkan sehingga harus dibuah keputusan untuk mengekspor alpukat beku,” kata Munya.
Petani atau pedagang diharuskan membekukan buah-buahan hingga minus 30 derajat Celcius untuk menyingkirkan hama dan minus 18 derajat untuk transit.
Munya mengatakan mereka akan membantu petani Kenya yang tidak memiliki fasilitas membekukan hasil tanaman mereka untuk diekspor ke China.(LMC/Voa)