Medan, 10/10 (LintasMedan) – Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara, Nurhajizah Marpaung, minta perusahaan yang mengoperasikan keramba jaring apung (KJA) di Danau Toba, diantaranya PT. Indojaya Agrinusa (Japfa Group) ikut berperan aktif menjaga kualitas air di danau yang telah ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata nasional itu.
“Sebagaimana kita ketahui bersama, saat ini begitu banyaknya KJA, usaha perhotelan, peternakan, pertanian, perkebunan dan rumah tangga yang limbahnya dibuang di kawasan Danau Toba, sehingga air danau menjadi tercemar,” katanya, di Medan, Selasa.
Wagub Sumut menyatakan hal itu dalam forum rapat koordinasi KJA Danau Toba dengan jajaran manajemen PT. Indojaya Agrinusa (Japfa Group)
.
Menurut dia, KJA milik perusahaan maupun masyarakat yang hingga kini masih beroperasi di perairan Danau Toba perlu ditata ulang karena dikhawatirkan rentan merusak kualitas air danau tersebut.
Apalagi, lanjutnya, sebagian besar masyarakat yang bertempat tinggal disekitar Danau Toba hingga saat ini mengkonsumsi air danau tersebut.
“Bagaimana masyarakat ingin hidup sehat jika harus mengkonsumsi air yang tercemar limbah. Karena itu, mari bersama-sama kita jaga kualitas air Danau Toba,” ujarnya.
Nurhajizah menambahkan, penataan KJA mendesak untuk dilaksanakan karena merupakan bagian dari penilaian tim dari UNESCO dalam rangka menetapkan Danau Toba sebagai salah satu jaringan Taman Bumi Dunia atau Geopark Global Network.
Terkait dengan penataan KJA di Danau Toba, Gubernur Sumut telah pula mengeluarkan peraturan, diantaranya jumlah KJA tidak boleh melebihi daya dukung danau tersebut.
Jumlah KJA yang melebihi daya dukung danau tersebut dinilai menjadi salah satu faktor penyebab tingginya tingkat asupan bahan pencemar organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan.
Karena itu, Wagub mengingatkan setiap KJA yang beroperasi di Danau Toba agar menggunakan perangkat teknologi yang dapat meningkatkan kualitas air, sehingga kontribusi pencemaran dari kegiatan keramba bisa diminimalisir.
Sebelumnya, Head of Tilapia Operation PT. Jafpa, Jenny Budiarti pada kesempatan itu, menjelaskan sekilas tentang sistem operasi produksi Toba Tilapia.
Menurut dia, KJA yang dioperasikan perusahaan menerapkan pola pengelolaan yang memungkinkan tidak ada limbah dari proses budidaya yang dibuang ke Danau Toba.
“Pengelolaan limbah KJA menggunakan “lift up system”, sehingga bisa meminimalisir terjadinya pencemaran air,” ujar Jenny.
Selain itu, pihaknya telah pula mengembangkan teknologi pembuatan pakan dengan metode kadar fosfor rendah dan memanfaatkan “feed broadcaster” untuk bahan pakan ikan.
“Dengan dua metode tersebut memungkinkan pakan yang ditebar ke KJA sesuai dengan kebutuhan ikan dan tidak ada yang terbuang percuma,” paparnya. (LMC-02)