Medan, 7/10 (LintasMedan) – Jihran H Lamuma, qori asal Sulawesi Tengah tampil di panggung Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) XXVII di Medan, Sumatera Utara. Siswa SMP Negeri 1 Liang ini melantunkan Surat Al-An’am Ayat 21 dan tampil tanpa gugup.
Ia memanfaatkan waktu dengan pas, selesai sebelum delapan menit.
Usai tampil, di belakang panggung MTQN bidang Tilawah Anak, Minggu (7/10), Jihran mengaku optimis dengan tampilannya. Meski tajwidnya masih ada yang kurang. Jihran tetap optimis telah memberikan yang terbaik untuk warga Sulteng yang saat ini sedang berjuang bangkit pascabencana.
Jihran bercerita soal perjuangannya ke tahap ini bersama 50 rekan-rekannya.
Gempa yang melanda Palu, 28 September lalu tak menghambat semangat mereka, meski sempat terhenti latihan selama enam hari.
Paska gempa pemadaman listrik bekepanjangan juga terjadi di wilayah itu, hingga menghambat latihan.
“Bencana itu sangat berpengaruh, saat gempa terjadi saya sedang membaca Alquran. Gempanya sangat kencang. Kami langsung keluar kamar,” kata pria kelahiran tahun 2004 tersebut.
Jihran menyebutkan saat gempa, ia dan rekan-rekan kafilah lainnya dari Sulteng sedang melakukan pembinaan di Asrama Haji Palu. “Usai gempa, kami dikembalikan ke rumah. Syukurnya keluarga semua selamat. Setelah enam hari baru balik lagi ke Asrama Haji,” ucapnya.
Mereka juga berlatih membaca Alquran dari handphone, bahkan terkadang jika baterainya habis, terpaksa menghidupkan lilin.
Arnold Firdaus, Kepala Biro Kesra Sulteng yang mendampingi Jihran juga mengatakan begitu besar perjuangan mereka untuk sampai ke Medan.
“Sampai kita berangkat tanggal 5 Oktober, listrik di Palu masih padam. Jadi berlatih seadanya,” ujarnya.
Tak hanya listrik padam, kondisi keuangan juga sempat menghambat mereka. “Tidak ada ATM, susah jadi ambil duit. Apalagi bank belum buka,” katanya.
Belum lagi saat menuju Medan, mereka harus naik pesawat jenis Herkules 45 menit ke Balikpapan. Dari Balikpapan diangkut lagi dengan Herkules ke Surabaya hingga dua jam. “Dari Surabaya baru kami merasakan AC pesawat saat terbang ke Medan. Sungguh luar biasa. Untungnya mereka semua semangat,” kata Firdaus.
Bagi mereka kompetisi MTQN merupakan kompetisi sakral. “InsyaAllah ini menjadi ladang pahala bagi kami membumikan Alquran. Ini perintah Allah. Jadi kami harus berangkat ke Medan. Semua keluarga juga mendukung. Kami melakukan ini semua untuk warga Sulteng yang sedang berjuang. InsyaAllah kami diberikan yang terbaik pada ajang ini,” harap Firdaus.(LMC/rel)