Lubukpakam, 6/3 (LintasMedan) – Pembukaan akses jalan tol Medan-Tebingtinggi yang membelah tanah warga Dusun 13 Pasar Melintang Kabupaten Deliserdang menuai protes warga karena jalan utama milik masyarakat yang ada di 17 Dusun Pasar Melintang itu justru ditutup.
Kepala Dusun Pasar 13 Pasar Melintang R Hutauruk mengungkapkan hal itu kepada anggota DPRD Sumut Eveready Sitorus ketika melakukan reses di daerah pemilihan (Dapil) III di Lorong Baru, Minggu.
Reses Dapil III yang dihadiri 70 Kepala keluarga ini mengeluhkan kalau kondisi jalan utama yang biasa dilalui masyarakat di jalan Pembangunan Dusun 13 dan Dusun 8 Desa Pagar Jati saat ini sudah ditutup pihak PT Waskita selaku pihak pengembang.
Selain itu juga kantor Desa di Pasar Melintang juga ditutup dan pihak PT Waskita hanya memberi ganti rugi ke Pemerintah Kabupaten Deliserdang.
“Kami berharap persoalan ini menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Sumata Utara,” kata Hutauruk.
Terkait penutupan jalan utama PT Waskita hanya membangun jembatan penyeberangan orang (JPO).
Sedangkan yang diinginkan masyarakat adalah jembatan penyeberang kenderaan (JPK) karena di lokasi mereka tinggal banyak gereja dan mesjid yang senantiasa dilalui masyarakat.
“Bagaimana mungkin akses jalan kami ditutup untuk membangun jalan tol sementara kenderaan yang dimiliki warga sekitar mau lewat dari mana nantinya,” ujar Hutauruk.
Pada prinsipnya, kata Hutauruk masyarakat yang ada di 17 Dusun ini sangat setuju dengan pembukaan akses jalan tol Medan-Tebingtinggi.
“Tapi maunya akses jalan warga juga harus dipikirkan,” ujarnya.
Ungkapan senada juga disampaikan warga lainnya, Napitupulu dan boru Silalahi, akibat pembangunan akses jalan tol kini ada sekira 60 hektar lahan sawah habis dibabat.
Demikian juga dengan lahan irigasi yang mengairi sawah’sawah penduduk habis sehingga mata pencahariam masyarakat hilang semua.
“Mata pencarian kami sudah tidak adalagi Pak Dewan bagaimana kami mau menyambung nyawa lagi kalau laham pertanian kami sudah habis semua,” kata Boru Silalahi.
Menanggapi akses jalan masyarakat yang ditutup PT Waskita, Eveready Sitorus mengatakan bahwa tanah masyarakat yang sudah diambil pemerintah untuk pembuatan akses jalan tol sudah diganti rugi kepada masyarakat, artinya , kata Eveready tidak adalagi persoalan.
Hanya saja sekarang yang menjadi tuntutan masyarakat tak lain adalah masalah jalan utama yang ada di Pasar Melintang terlebih untuk jalan mobil dan kenderaan roda dua.
“Saya akan mengupayakan dan menampung aspirasi warga di 17 Dusun ini. Bagaimana solusi mencari jalan utama bagi masyarakat akan disampaikan kepada pemerintah lewat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembanh),” katanya.(LMC/rel)