Jakarta, 4/4 (LintasMedan) – Dirjen Perhubungan Udara Suprastyo dalam konferensi pers, dini hari mengatakan belum bisa menganalisa penyebab terjadinya tabrakan pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 dengan nomor registrasi PK-LBS dan pesawat TransNusa dengan jenis ATR 42 seri 600, di landasan Bandar Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
“Kami belum dalam analisa, kalau ditanya kami masih dalam tahap pengumpulan, kami kumpul semua black box besok kami akan download untuk keterangan data-data di kedua pesawat tersebut, dan besok kami kembali ke Halim ambil data dari tower dan petugas lainnya,” ujar Soerjanto.
Seperti diketahui tabrakan dua pesawat itu terjadi sekitar pukul 19.55 WIB dan sebagaimana disebutkan Suprastyo insiden tabrakan saat pesawat ATR hendak towing menuju apron selatan Bandara Halim.
“Kerusakan yang terjadi pesawat Boeing Batik ujung sayap kiri patah dan pesawat ATR seri 600 ujung sayap kiri dan ekor yang horizontal (juga) patah,” kata Suprastyo.
Pesawat Batik Air yang bertabrakan, lanjutnya, memuat total 49 penumpang dengan rincian 48 dewasa dan satu anak, ditambah tujuh orang kru termasuk dua awak kokpit. Pesawat itu awalnya akan terbang menuju Makassar.
Sedangkan ATR yang terlibat tabrakan, dalam keadaan kosong.
“Transnusa dalam keadaan kosong yang sedang dipindahkan menuju ke apron selatan, yang diawaki dua teknisi di dalam pesawat dan dua teknisi yang ada di towing,” ujarnya.
Seluruh penumpang pesawat selamat, namun mengalami shock. Setelah kejadian pukul 20.00 WIB bandara ditutup sampai pukul 24.00 WIB. Pihaknya bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sedang menyelidiki penyebab kecelakaan.
Semua pihak terkait, termasuk petugas air traffic control (ATC) baru akan dimintai keterangan Selasa pagi dan Ketua KNTK Soerjanto, mengamininya.
Saat ini, Tim KNKT sedang melakukan pengumpulan data. Pihaknya menyatakan terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan dua pesawat tersebut.(LMC/KCM)