Jakarta, 22/11 (LintasMedan) – Politisi PDIP Effendi Simbolon menilai kasus pencatutan nama Presiden Jokowi oleh orang diduga Ketua DPR Setya Novanto terkait kontrak Freeport orientasinya menjurus kepada kepentingan asing.
Anggota Komisi I DPR ini mengatakan kasus tersebut merupakan kasus odong-odong yang diperankan oleh orang nakal.
“Ini kasus odong-odong ya. Yang main pemain nakal. Sudirman Said memang memiliki background mafia revitalisasi aset TNI jadi bisa saja ini juga permainan dia lagi,” katanya dalam acara diskusi Front Page di Cafe Dua Nyonya, Cikini, Jakarta, Minggu.
Dia juga mengatakan, kasus tersebut merupakan kasus yang mudah ditangani jika Presiden ikut bertindak. Menurutnya, jika kasus ini merupakan permainan yang dibuat oleh Freeport, maka Jokowi dapat dengan mudah memanggil Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin.
“Bisa saja Jokowi minta Maroef datang dan menginterogasinya, kemudian jika benar ya sudah kasih sanksi,” tambahnya.
Sebelumnya polemik soal permintaan saham Freeport hingga kini masih terus bergulir. Terlebih dalam kasus ini, Ketua DPR Setya Novanto dilaporkan Menteri ESDM Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR karena diduga minta saham ke PT Freeport dengan mencatut nama presiden dan wakil presiden.
Effendi Simbolon yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Komisi VII DPR periode 2009-2014 menilai, kegaduhan yang muncul akibat laporan Sudirman Said terkait Freeport adalah sebuah pengalihan isu.
Substansi dari PT Freeport saat ini adalah mengenai kewajiban divestasi saham ke pemerintah, tetapi malah ditutupi dengan kegaduhan laporannya ke MKD DPR.
“Tindakan Sudirman Said adalah pengalihan isu terlepas dari kasus Ketua DPR Setya Novanto. Sebab ada yang sedang kita tunggu untuk kewajiban mendivestasikan sahamnya. Bahwa kemudian dialihkan melalui cara-cara infotainment,” ujarnya.
Dia juga dengan tegas menolak divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI) melalui Initial Public Offering (IPO). Dia menyebut, yang berkoar-koar divestasi saham Freeport melalui IPO adalah antek-antek bos besar Freeport McMoran Inc, yakni James Moffet.
Effendi menjelaskan, rencana divestasi saham Freeport melalui IPO dilontarkan oleh Menteri ESDM Sudirman Said dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Seharusnya, penawaran saham langsung ditujukan kepada pemerintah untuk menghindari banyaknya calo-calo. Tetapi, ujar dia, Menkeu selalu bilang tidak memiliki uang untuk membeli saham Freeport.
“Yang antek-anteknya Moffet itu yang mau IPO. Yang divestasi saham enggak mau IPO itu sudah benar,” tegas Simbolon.
Lebih lanjut, Simbolon enggan berspekulasi benar atau tidaknya transkripan Setnov yang meminta saham Freeport. Simbolon menuding Sudirman mengalihkan isu besar dengan menyeret Setnov. Padahal, Freeport sekarang ini sedang panik karena harus melaksanakan ketentuan divestasi tahun ini.
“Memang yang menjadi seksi ketika ada kepentingan-kepentingan pihak kemudian berkonspirasi untuk memuluskan memperpanjang (kontrak karya). Padahal dua pihak ini sama-sama ingin memperpanjang yang satu lewat jalur A, yang satu lewat jalur B,” tandasnya.(LMC/Mk)