Nagekeo, 4/4 (LintasMedan) – Kekeringan melanda 39 desa di Kabupaten Nagekeo dan Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), akibat fenomena El Nino.
Bahkan beberapa desa di Nagekeo mulai terancam kelaparan, karena warga makin sulit memperoleh air bersih untuk memasak.
Kekeringan melanda Kabupaten Nagekeo sejak Maret 2016, namun, pemerintah setempat belum memberikan bantuan air bersih ke lokasi desa yang mengalami kekeringan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo, Bernabas Lambar mengaku belum bisa memberikan bantuan, karena keterbatasan sarana dan anggaran.
“Kondisi kekeringan sudah semakin parah, tapi BPBD belum bisa bergerak memberikan bantuan air bersih, karena kami tidak memiliki truk tanki untuk menyalurkan bantuan air bersih. Anggaran kami juga sangat terbatas. Tapi BPBD terus berkordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk segera memberikan bantuan pada warga.”ucap Bernabas, sebagaimana dilansir dari BBC Indonesia, Senin.
“Jumlah pasokan itu memang belum ideal, air minum yang didistribusikan tersebut diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan air minum, bukan untuk kebutuhan domestik rumah tangga. Kesehatan anak-anak menjadi prioritas kami. Dalam pendistribusian air ini, kami berkoordinasi dengan pemerintah di level desa, dan juga relawan desa, agar mendahulukan kepentingan anak,” kata Wahyu Kuncoro, Program Advisor Pengelolaan Risiko Bencana Plan International Indonesia.
Setiap desa yang menerima bantuan air bersih, terlebih dulu diberikan dua tangki air berkapasitas 2.200 liter, yang dilekatkkan di kantor desa atau di tengah pemukiman penduduk, dan diharapkan menjangkau 26 ribu jiwa lebih di Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dari jumlah itu, sekitar 15 ribu adalah anak-anak.
Belum darurat pangan
Nasrus Syukroni, anggota tim tanggap darurat Plan International yang berada di desa Rende Wawo, Kabupaten Nagekeo, menyatakan ancaman kelaparan akan semakin meningkat, jika musim penghujan, tidak juga datang hingga akhir April 2016.
“Situasi di sejumlah desa yang kekeringan akan semakin sulit, akan terjadi rawan pangan jika musim kemarau tidak segera berakhir, dan air bersih makin langka, karena banyak warga yang mengalami gagal panen,” katanya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) NTT, Hadji Husein menyatakan belum menetapkan status darurat pangan di NTT, namun sudah menyiapkan cadangan pangan sebanyak 300 ton beras.
“Belum ditetapkan sebagai darurat pangan, tapi kami terus memantau keadaan dan berkordinasi dengan petugas di lokasi. Cadangan pangan juga sudah kami siapkan, jika kondisi warga semakin sulit memperoleh pangan” kata Husein.
Pertengahan tahun 2015 lalu, Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat 1.918 anak mengalami gizi buruk, 11 diantaranya meninggal dunia. (LMC/BBC)