MEDAN, 13/9 (LintasMedan) – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bertekad menjadikan daerahnya sebagai provinsi agraris, dengan target tercapainya kecukupan pangan dengan harga terjangkau, sehingga masyarakat lebih sejahtera dan bermartabat.
Tekad itu diwujudkan melalui peningkatan tiga hal, yaitu sumber daya manusia, produksi pertanian dan infrastruktur. Provinsi agraris ini akan diwujudkan dalam kegiatan sektor pertanian secara luas yang meliputi sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan serta kelautan.
Hal ini dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian serta pengembangan kawasan agribisnis dan agroindustri berbasis produk unggulan daerah (one region one product).
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dalam berbagai kesempatan selalu menegaskan bahwa menjadikan Sumut yang agraris akan selalu menjadi prioritas utamanya, termasuk mensejahterakan kehidupan para petani dan nelayan.
Berbagai langkah strategis serta pembangunan sarana dan prasarana untuk menggenjot produksi pertanian secara bertahap telah direalisasikan oleh Pemerintah Provinsi Sumut bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota.
Para petani pun diajak bersungguh-sungguh menjadi petani agar hasil panen lebih banyak. Untuk sub sektor pertanian tanaman pangan, misalnya, Sumut menargetkan produktivitas komoditi pangan utama padi minimal sebanyak 8 ton/hektare.
Edy Rahmayadi menyatakan optimistis produksi tanaman padi di Sumut kelak bisa mengejar produktivitas panen padi Thailand yang produksinya mencapai 12 ton/hektare. Saat ini, produksi petani saat memanen padi mencapai 9 ton hingga 11 ton/hektare. Ada peningkatan dari hasil produksi petanian sebelumnya. Ini hampir mengimbangi produksi petani di Thailand.
Dalam upaya mewujudkan target produksi padi tersebut, di sejumlah sentra produksi pertanian kini giat diterapkan pertanaman padi sistem Jajar Legowo (Jarwo).
Teknologi Jarwo merupakan teknologi budidaya terpadu padi sawah irigasi berbasis tanaman jajar legowo 2:1 atau 200 ribu rumpun per hektare dengan alat mesin tanam padi yang disebut Jarwo Transplanter.
Dengan menerapkan teknologi Jarwo, total hasil panen petani bisa mencapai delapan hingga sembilan ton per hektare, bahkan bisa mencapai 11 ton per hektare.
Teknologi Jarwo yang murah dan mudah tersebut diharapkan bisa diterapkan di seluruh kabupaten/kota di Sumut.
Luas lahan sawah percontohan dengan teknologi Jarwo di Sumut tahun 2018 mencapai 1.174 hektar, tersebar di Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Batu Bara, Labuhan Batu, Asahan dan Serdang Bedagai.
Inovasi di bidang pertanian sangat penting untuk mewujudkan Sumut menjadi provinsi agraris. Melalui penerapan invonasi teknologi pertanian, produksi pertanian dapat ditingkatkan, begitu juga pendapatan dan kesejahteraan petani.
Edy Rahmayadi mengapresiasi hasil penelitian dan inovasi yang telah dihasilkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Sumut itu. Apalagi hal tersebut sejalan dengan program Gubernur untuk membangun desa menata kota.
Produksi padi Sumut hingga Juni 2019 sudah mencapai 2,811 juta ton dari target sepanjang tahun sebanyak 5,343 juta ton gabah kering giling (GKG). Pemprov Sumut optimistis target produksi sebanyak 5,343 juta ton GKG selam tahun 2019 dapat tercapai.
Dengan produksi sebanyak itu, maka Sumut sudah surplus mengingat kebutuhan beras hanya sekitar 1,8 juta ton per tahun. Kongkretnya, swasembada dan surplus padi Sumut harus terus direalisasikan.
Selain pembinaan petani, peningkatan produktivitas lahan dan peralatan yang memadai, Pemprov Sumut melalui instansi terkait akan terus mendorong kelompok tani untuk membentuk koperasi.
Dengan demikian, para petani dapat terbantu modal usahanya dan tidak lagi bergantung pada tengkulak.
Ke depan, Gubernur Sumut menginginkan agar petani bisa hidup lebih mandiri dan berdikari, tanpa membutuhkan bantuan untuk hal-hal yang seharusnya bisa diusahakan sendiri, seperti bibit dan pupuk.
Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah memposisikan peran para penyuluh menjadi terdepan sebagai penyelamat pertanian.
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumut, pertanaman padi terluas berada di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yakni 82.856,8 hektar, diikuti Kabupaten Langkat 47.830,2 ha hektar dan Kabupaten Simalungun 40.951,6 hektar.
Untuk mencapai kecukupan pangan, Gubernur juga mendorong pengembangan peternakan di Sumut. Bahkan beberapa kabupaten/kota dicanangkan untuk menjadi sentra peternakan, seperti Kabupaten Langkat dan Karo fokus pada ternak sapi, Humbang Hasundutan ternak kerbau, Batubara dan Sergai ternak domba.
Gubernur ingin dengan pengembangan peternakan di daerah ini, harga daging semakin terjangkau dan meningkatnya konsumsi sapi masyarakat Sumut. Sehingga gizi anak Indonesia khususnya Sumut bertambah lantaran anak Indonesia adalah pilar bangsa untuk masa depan.
“Saat ini rakyat kita makan daging baru setengah kilo per orang, Malaysia sudah 8 kg, Eropa sudah sampai 28 kg,” katanya.
Pengembangan peternakan antara lain dilakukan melalui penyediaan bibit unggul dengan sistem inseminasi. Tahun 2019 Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumut menargetkan inseminasi sapi sebanyak 180 ribu ekor.
Diharapkan dari inseminasi tersebut lahir pedet sebanyak 90 ribu ekor. Langkat adalah kabupaten dengan sentra produksi pedet terbesar di Sumut, disusul Deliserdang dan Serdangbedagai. Sedangkan untuk pedet yang dipanen tahun ini diantaranya hasil inseminasi tahun 2017, hasilnya 60 ribu pedet.
Selain itu, Kabupaten Batubara juga dicanangkan sebagai sentra cabai dan domba di Sumut, karena daerah ini memiliki lahan tanaman cabai dan pakan ternak tersedia cukup banyak. “Dari ternak-ternak ini juga nantinya kita kembangkan pabrik kompos. Jadi kotorannya dimanfaatkan untuk pabrik kompos. Nah, hal-hal seperti ini yang saat ini sedang kita kembangkan. Strategi dan manajeman pertanian/peternakan yang sistematis,” paparnya.
Bahkan saat ini, domba Batubara sudah berhasil diekspor ke Malaysia. Pada Idul Adha 1440 H lalu, sebanyak 250 domba yang disembelih untuk kurban di Johor Bahru, Malaysia, seluruhnya berasal dari Batubara. Bahkan, hewan kurban yang disembelih dalam Program ASNAF Mampu Kurban itu meraih The Malaysia Book Records dengan penyembelihan hewan terbanyak.
Melalui arah kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan yang dibarengi komitmen untuk peningkatkan kesejahteraan petani, maka efeknya bagi perkembangan ekonomi dipastikan menjadi relatif baik. Sehingga Sumut yang aman, sejahtera dan bermartabat pun segera terwujud.
Sementara Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah mengatakan Pemprov Sumut akan terus mendorong semangat petani di daerah ini agar tidak hanya sekadar bertani untuk bertahan hidup, melainkan harus lebih cerdas sehingga dapat menjadi tuan di rumah sendiri.
Ia menambahkan meningkatkan produktivitas pertanian tidak harus dengan cara memperluas lahan, tetapi mengurangi ketidakefisienan lahan tersebut setelah panen.
Efisien lahan pertanian dapat direalisasikan melalui peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) dengan model tumpangsari, yaitu kombinasi antara padi, jagung, dan kedelai.
Kunci utama tumpangsari ini yaitu penambahan populasi dan penggunaan benih berkualitas.
Penanaman tumpangsari juga dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga mengurangi kebutuhan pupuk.
Melalui arah kebijakan pembangunan pertanian yang dibarengi komitmen untuk peningkatkan kesejahteraan petani, maka efeknya bagi perkembangan ekonomi dipastikan menjadi relatif lebih baik. (adv)