Medan, 28/5 (LintasMedan) – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat menyatakan belum memutuskan cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada PON Papua tahun 2020.
“Namun sesuai rapat KONI tahun lalu direncanakan ada 38 cabang yang akan dipertandingkan di PON Papua nanti,” kata Wakil Ketua Umum KONI Pusat Mayjend TNI (purn) Suwarno pada acara pelatihan peningkatan kapasitas manajemen dan fisik olahraga di Medan baru-baru ini.
Masih terkendalanya keputusan penetapan cabor yang akan dipertandingkan di PON salah satunya adalah persoalan dana yang akan dikucurkan kepada tuan rumah dalam rangka menyukseskan even olahraga lima tahunan itu. Salah satunya terkait pengadaan sarana prasarana maupun venue pertandingan.
PON di Papua nanti rencananya digelar di lima kota, yakni Timika yang rencananya akan mempertandingkan sedikitnya empat cabor, golf, atletik, bulutangkis dan basket.
Kemudian di Wamena, yang hanya memiliki lapangan sepakbola.
Sedangkan Biak kemungkinan bisa digelar pertandingan sepakbola dan hoki. “Namun untuk hoki sepertinya masih terkendala persoalan pembebasan lahan,” ujarnya.
Selanjutnya di Jaya Pura yang rencananya akan dilakukan renovasi 10 gedung olahraga. Di Kota Jayapura kemungkinan akan mempertandingkan cabang panahan, menembak, dayung, layar, ski air, menyelam serta renang alam terbuka, termasuk juga beberapa cabang olahraga dirgantara.
Sementara untuk wilayah Merauke dimana di lokasi itu cuma memiliki satu lapangan sepakbola dan 1 gedung olahraga yang kemungkinan hanya mempertandingkan dua cabang olahraga.
Meski penetapan sejumlah cabang yang akan dipertandingkan belum final, KONI Pusat tetap mengimbau KONI Sumut mempersiapkan kekuatan atlet menuju PON Papua/2020.
Pihaknya juga meminta KONI Sumut selaku pembina olahraga untuk benar-benar selektif dalam melakukan penjaringa atlet mengingat dana yang dibutuhkan menuju Papua tidaklah kecil.
Belum Proporsional
Berbicara tentang anggaran dia juga menilai jika dana olahraga di beberapa wilayah di Indonesia sebenarnya belum cukup proporsional untuk benar-benar mampu melakukan pembinaan maksimal.
Sebagaimana Sumut, kendala anggaran merupakan masalah klasik yang juga dialami beberapa provinsi lain di Indonesia.
Meski ada juga beberapa provinsi yang mengalokasikan dana cukup besar untuk pembinaan olahraga meski jumlah penduduk di wilayah itu terbilang lebih kecil.
“Seperti Kalimantan Timur misalnya, wajar mendapat rangking lima besar pada PON tahun 2016 lalu di Jawa Barat,” kata Suwarno.
Kalimantan Timur yang memiliki jumlah penduduk sekitar lima juta jiwa, untuk tahun ini mengalokasikan dana pembinaan olahraga sebesar Rp35 Miliar. Angka ini, sebutnya mungkin cukup besar dibanding Sumut yang hanya mengalokasikan Rp10 miliar dana pembinaan olahraga tahun 2017.
Pada kesempatan itu, Suwarno juga mengungkap kucuran dana pembinaan olahraga beberapa daerah lainnya yang memiliki prestasi olahraga cukup signifikan di PON, di antaranya Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk sekitar 40 juta jiwa . Provinsi Jawa Timur mengalokasikan dana pembinaan olahraga senilai Rp80 miliar untuk tahun ini.
Kemudian Jawa Barat dengan anggaran pembinaan olahraga Rp48 miliar.(LMC-02)