
Sejumlah petugas dari Badan Maritim Malaysia mengevakuasi jenazah penumpang kapal tongkang, di wilayah perairan Sabak Bernam, Malaysia, Senin (7/9). (Foto: LintasMedan/BBC)

Kuala Lumpur, 8/9 (LintasMedan) – Jumlah korban kapal kayu yang tenggelam di perairan Malaysia, 3 September lalu, telah mencapai 83 orang.
Wakil Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, di Kuala Lumpur, Senin, mengatakan, dari jumlah itu, sebanyak 63 di antara mereka meninggal dunia.
Kepastian itu disampaikan Hermono, setelah Badan Maritim Malaysia menemukan dua jenazah, pada Senin (7/9).
“Kedua jenazah itu akan dibawa pihak berwenang Malaysia ke rumah sakit untuk diidentifikasi bersama puluhan jasad lainnya,” kata Hermono.
Pihak Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur, menurut dia, kini tengah menunggu hasil proses identifikasi.
Sejauh ini, baru terdapat 17 jasad yang bisa dikenali keluarga masing-masing.
Sedangkan, lima jasad lainnya dikenali berkat kartu identitas dan paspor yang melekat pada pakaian mereka.
diidentifikasi.
Hermono mengatakan, mereka merupakan penumpang kapal yang beroperasi secara ilegal. Mereka menumpang kapal tersebut guna menghindari aparat karena mereka tidak memiliki dokumen perjalanan yang lengkap.
“Para pemilik kapal dan para calon penumpang kumpul di suatu tempat lalu berangkat, biasanya tengah malam demi menghindari deteksi aparat,” katanya.
Otoritas Malaysia sebelumnya mengatakan kapal kayu itu terbalik sebelum tenggelam dekat Kota Sabak Bernam di Negara Bagian Selangor, pada Kamis (3/9).
Menurut Badan Maritim Malaysia, kapal berukuran sekitar panjang 15 meter dan lebar 3 meter itu memuat 70 hingga 100 orang.
Untuk mencari korban, tim SAR Malaysia mengerahkan tujuh kapal dinas penjaga pantai, tiga kapal Angkatan Laut Malaysia, satu kapal Polisi Malaysia dan tiga pesawat terbang.
Insiden kapal di Malaysia yang melibatkan korban WNI bukan kali ini terjadi.
Pada Juni lalu, sebuah kapal yang mengangkut 97 migran asal Indonesia karam di perairan bagian barat Malaysia.
Insiden itu mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia. (LMC-01/BBC)