Jakarta, 15/11 (LintasMedan) – Anggota Komisi XI DPR RI Ahmad Najib Qudratullah menegaskan kepada seluruh pihak terkait agar penyaluran subsidi energi seperti BBM dan gas LPG 3 kilogram bersubsidi harus benar-benar tepat sasaran dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya.
“Saya ingin memastikan bahwa yang pertama, subsidi ini harus tepat sasaran,” kata Ahmad Najib Qudratullah dalam rilis di Jakarta, Minggu (15/11).
Legislator dari Fraksi Partai Amanat Nasional ini berpendapat bahwa subsidi energi tidak diberikan kepada produk atau objek subsidi tetapi langsung kepada orang per orang seperti bantuan tunai.
Hal tersebut, lanjutnya, dalam rangka untuk menekan tingkat penyimpangan dari penyaluran subsidi sektor energi tersebut.
Ia mengutarakan harapannya agar pemerintah daerah (Pemda) dapat memberikan data yang valid yang bisa dijadikan pedoman laporan ke depannya.
“Banyak sekali pemda-pemda kekurangan informasi terkait data-data subsidi, terutama subsidi BBM. Apakah komunikasi antara penyelenggara atau pemkab ini kurang bagus atau bagaimana. Karena nampaknya, bahwa data-data itu harusnya dimiliki oleh pemda-pemda yang ada,” ucapnya.
Hal itu, ujar dia, berimplikasi kepada sejumlah hal seperti apakah yang benar-benar membeli produk subsidi seperti gas LPG 3 kilogram adalah mereka yang berhak mendapatkan subsidi atau tidak sehingga perlu kajian yang lebih komprehensif.
Sebagaimana diketahui, target belanja negara untuk tahun 2021 naik sebesar Rp2,5 triliun menjadi Rp2.750 triliun dari RAPBN 2021 yang telah disusun pemerintah Rp2.747,5 triliun.
“Kami melihat ada kenaikan untuk subsidi energi yakni Rp2,4 triliun dan DBH turun Rp0,8 triliun,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Raker bersama Banggar DPR RI di Jakarta, belum lama ini.
Kenaikan belanja disebabkan oleh adanya tambahan subsidi energi mengenai gas LPG tiga kilogram yang mencapai Rp2,4 triliun dan penurunan Dana Bagi Hasil (DBH) Rp0,8 triliun sebagai dampak dari perubahan pendapatan negara.
“Itu karena adanya penambahan volume dari 7 juta metrik ton jadi 7,5 juta metrik ton,” ujarnya. (LMC-03/AN)