Medan, 3/4 (LintasMedan) – Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, dinilai layak diplot menjadi daerah industri dengan pembangunan bandara dan pelabuhan yang sedang dalam pengerjaan.
Ketua Komisi D Bidang Pembangunan DPRD Sumut Muchrid Choki Nasution di Medan, Minggu, mengatakan, selama ini Mandailing Natal masih sebatas daerah yang menjadi pusat aktivitas perkebunan.
Namun dari kunjungan kerja Komisi D DPRD Sumut baru-baru ini, ternyata keberadaan Bandara Bukit Malintang dan pelabuhan di Palimpungan, Kecamatan Batahan sangat memberikan peluang untuk mengembangkan kabupaten itu.
Karena itu, pihaknya mengharapkan Pemprov Sumut dapat menyeting posisi Mandailing Natal sebagai daerah industri dalam pengolahan berbagai industri kelapa sawit dan komoditi lainnya.
“Jadi, bukan sekadar daerah perkebunan dan asal pengangkutan CPO saja,” katanya.
Menurut dia, prosfek Bandara bukit Malintang di Mandailing Natal cukup baik, baik dari segi pemanfaatan mau pun kemajuan pembangunannya.
Dari laporan yang diterima DPRD Sumut, pembangunan bandara itu hanya tinggal menunggu pembebasan lahan milik masyarakat seluas 74 hektare dan lahan milik Dinas Perkebunan Sumut seluas 24 hektare.
Pembebasan lahan milik Dinas Perkebunan tersebut sedang dalam proses hibah yang permohonannya telah diajukan Pemkab Mandailing Natal.
Sedangkan pembebasan lahan miliki masyarakat sedang dalam proses dengan dana yang sudah dianggarkan. “Tinggal menunggu apprasial nilai per meter,” kata politisi Patai Golkar itu.
Dengan proses yang sedang berlangsung, pembebasan lahan tesebut diharapkan bisa selesai hingga akhir tahun 2016.
Ada juga lahan yang selama ini termasuk hutan lindung tetapi sudah dapat diatasi karena telah diputuskan menjadi lahan untuk Hak Penggunaan Lain (HPL).
Dengan kemajuan proses pembebasan lahan tersebut, Kementerian Perhubungan dapat menyelesaikan pembangunan Bandara Bukit Malintang pada tahun 2017.
Lokasinya juga dinilai sangat bagus. “Pesawat berbadan lebar pun bisa ‘landing’ (mendarat),” kata Muchrid.
Sedangkan pelabuhan di Palimpungan, Kecamatan Batahan juga dalam proses pembangunan dengan anggaran Rp270 miliar yang telah disiapkan pemerintah pusat.
Dengan posisi yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, pelabuhan tersebut bisa disandari kapal pengangkut berukuran besar yang mengangkut CPO.
Selama ini, berbagai hasil produksi perkebunan Mandailing Natal selalu dibawa ke Kota Medan yang memiliki jarak yang sangat jauh sehingga harus ditempuh selama 16-20 jam.
“Transportasinya ke Medan hampir sama dengan pengiriman barang ke India,” katanya.
Dengan status sebagai daerah industri atas keberadaan bandara dan pelabuhan tersebut, pihaknya mengharapkan Mandailing Natal dapat mengejar ketertinggalan yang dialami selama ini.(LMC-02)