Madina, 2/8 (LintasMedan) – Sekilas bentuknya seperti ketupat dan dibungkus rapi dengan daun kelapa. Meski namanya juga ketupat, namun isi didalamnya masih tetap berbentuk nasi padat yang cukup gurih untuk disantap.
Ketupat nasi merupakan salah satu kuliner khas dari Kabupaten Mandailing Natal.
“Lihat ini jalinan daunnya sangat rapi dan cantik, rasanya juga gurih meski dimakan tanpa lauk. Menyantap dua buah ketupat sudah sangat mengenyangkan karena isinya sangat padat,” kata Bupati Mandailing Natal Dahlan Hasan Nasution, pekan lalu.
Begitu antusias Ia memaparkan ragam kuliner di kabupaten yang dipimpinnya itu, salah satunya ketupat nasi. Harganya juga cukup murah, hanya Rp2 ribu rupiah perbuah.
Dahlan berpendapat jika kuliner produksi asli masyarakat Madina terus dikembangkan, tentu sangat membantu perekonomian warga di wilayah itu.
“Sektor kuliner merupakan peluang emas untuk peningkatan ekonomi warga,” ujarnya.
Meski santapan tersebut cuma seharga Rp2 ribu rupiah, namun mantan pejabat Pemprov Sumut ini begitu antusias ingin mempromosikan ketupat nasi karena menurutnya cukup unik dan punya peluang besar untuk dikembangkan.
“Saya nanti ikut langsung mempromosikannya kemana-mana,” ucapnya.
Ketupat nasi akan terasa lebih nikmat jika disantap dengan, ikan pepes ataupun rendang lokan.
Lokan merupakan salah satu produk unggulan berasal dari Kecamatan Muara Batang Natal. Bentuknya seperti kerang.
Warga biasa memasaknya dengan cara merendang lokan hingga kering, bahkan penganan ini bisa tahan hingga sebulan tanpa pengawet. “Cita rasanya juga cukup lezat,” kata Dahlan.
Ketupat nasi yang dipadu dengan rendang lokan biasanya menjadi hidangan istimewa pada acara-cara tertentu di wilayah itu.
Sejumlah kuliner di Madina menurutnya memiliki cita rasa yang otentik dan sekaligus menjadi modal maupun peluang untuk mempromosikan kabupaten itu. Ini semua, kata Dahlan merupakan miniatur Indonesia.
“Ada juga buah rumbia berasal dari pohon sagu yang cukup lezat jika dibuat kolak,” ucapnya.
Madina juga dikenal sebagai penghasil gula merah yang terbuat dari aren asli, ada juga kelapa, ikan asin dan kopi. Bahkan kopi Madina sudah memiliki kualitas ekspor dan dikenal hingga ke manca negara.
Jika wisatawan lokal berkunjung ke kabupaten ini biasanya tak lupa membeli oleh-oleh dodol maupun kerupuk kipang yang terbuat dari ketan asli.
Menurut Dahlan sektor kuliner bisa terus berkembang seiring dengan terbangunnya sektor pariwisata di Kabupaten Madina.
Sehingga ia punya obsesi pariwisata Madina bisa menjadi salah satu sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten ini memang menyimpan begitu banyak obyek wisata alam yang sangat indah.
Namun keberadaan obyek wisata tersebut selama ini kurang begitu populer dan belum banyak dikunjungi wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara.
Untuk pengembangan destinasi pariwisata tersebut, Dahlan terus berupaya mengajukan permohonan ke pemerintah pusat, sebab menurutnya masih banyak yang perlu dibenahi termasuk infrastruktur maupun sarana prasarana lainnya.
“Sebagian sudah disetujui dan mudah-mudahan segera terealisasi,” harapnya.(Irwan Arifianto)