Sergai, 7/2 (LintasMedan) – Gulai kepala ikan nila kini menjadi salah satu menu yang dicari warga saat makan di sejumlah warung makan pinggir jalan hingga restoran di Medan. Selain rasanya terbilang lezat dengan nutrisi yang tinggi harga juga tidak terlalu mahal.
Untuk ukuran satu porsi gulai kepala ikan nila hanya sekitar Rp13 ribu hingga Rp18 ribu plus nasi.
Kepala ikan nila merupakan by product atau produk sampingan PT Aquafarm Nusantara (AN) yang semula dianggap oleh perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) itu sebagai limbah.
Namun belakangan kepala ikan nila justru laris manis di pasaran lokal.
Kepala ikan nila yang masih mentah di jual di pasar tradisional dengan harga berkisar Rp9 ribu hingga Rp12 ribu perkilogramnya. Sedangkan dalam satu kilogram berisi sekitar 3 kepala ikan berukuran besar.
Sementara untuk pengambilannya langsung ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang disediakan pihak AN di Kabupaten Serdang Bedagai ditetapkan dengan harga Rp 5.000 per kg.
“Tiap hari hingga 26 ton kepala ikan nila habis terjual,” ujar Ketua Komunitas Pedagang Colarbone (KPC) Jhonny Tampubolon di sela pertemuan silahturahmi pedagang kepala ikan dan tetelan dengan managemen PT AN, baru-baru ini di Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai).
Pendistribusian produk sampingan PT AN tersebut hingga sampai ke pasaran di bawah kordinir Jhonny, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih barang.
Ia mengatakan hingga kini anggota KPC yang aktif berkisar 35 orang dengan sub agen 200 orang.
“Jika dihitung ke pedagang pengecer atau disebut along-along yang ikut menjalankan bisnis kepala ikan ini jumlahnya bisa mencapai seribuan orang”, paparnya.
Mutlak mereka semua menggantungkan hidup bahkan terkesan sejahtera dari bisnis tersebut.
“Saya dulunya adalah karyawan PT AN, saya juga yang semula menjaja-jajakan kepala ikan ini ke warga sekitar. Ternyata banyak peminatnya karena rasanya memang sangat enak,” kata Jhonny.
Hingga akhirnya dia memilih mengundurkan diri dari pekerjaanya untuk berkonsentrasi menjalankan bisnis kepala ikan tersebut dengan tetap bekerjasama dengan PT AN.
“Pemasaran kepala ikan nila ini sudah menyebar di beberapa daerah di Sumut hingga Aceh, Riau, bahkan hingga ke Jakarta,” kata Jhonny yang mengaku 10 tahun menggeluti bisnis tersebut.
“Harganya murah sehingga masyarakat bisa mengonsumsi ikan meskipun hanya kepalanya saja. Tetapi di kepala ikan paling banyak kandungan proteinnya,” tutur Jhonny
Pimpinan Humas Area Sergai Afrizal mengatakan pihaknya memang mengutamakan bisnis kepala ikan nila untuk pedagang lokal yang bermitra dengan PT AN.
Meskipun, sebut Afrizal,banyak perusahaan dan perorangan yang sudah meminta kepada mereka untuk menampung semua kepala ikan bahkan tetelan dengan harga yang tinggi.
“Namun sesuai arahan direksi kami lebih mengutamakan keberlanjutan usaha pedagang lokal yang telah terjalin selama ini. Dengan bermitra dengan masyarakat sekitar sangat membantu perekonomian mereka. Ini juga bagian dari CSR kami,” katanya didampingi Pelaksana Manager CSR Saruhum Rambe dan Assisten Manager Unit Pembenihan AN Chairuddin.
Tetelan
Selain kepala ikan PT AN juga menyediakan tetelan ikan nila sebagai produk sampingan dengan harga Rp15 Ribu perkilogram yang dipasarkan melalui mitra usaha pedagang lokal.
Produk ini dijual di pasaran lokal sebagai bahan baku, bakso, kerupuk, bahkan cukup lezat menjadi campuran pergedel.
Manajer Unit Pengolahan PT AN, Gitoyo mengatakan pihaknya akan terus berupaya menjalin kemitraan dengan sejumlah pedagang lokal tersebut bahkan mempermudah mereka dalam menjalankan bisnis bekerjasama dengan perusahaan itu.
“Kami sudah membeli mesin penggilingan untuk tetelan, sehingga pedagang tidak repot-repot lagi menghaluskannya di penggilingan daging. Harganya juga sama Rp15 ribu perkilonya untuk daging yang sudah halus,” kata Gitoyo.(LMC-02)