Jakarta, 8/8 (LintasMedan) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan budaya konsumtif masyarakat Indonesia semakin meningkat khususnya dalam tiga tahun terakhir, sementara budaya menabung semakit menurun.
Kusumaningtuti S Soetiono, Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan hal itu dalam “Fokus Group Discussion Redaktur: Peran OJK Industri Keuangan Mendukung Perekonomian Nasional” di Bandung, Sabtu 8 Agustus 2015.
Menurutnya, berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF) 2015 disebutkan, Gross National Saving (GNS) per Gross Domestic Product (GDP) atau simpanan nasional bruto terhadap produk domestik bruto Indonesia lebih kecil dibanding negara-negara Asia lainnya.
“Gross nasional saving per GDP mulai terjadi penurunan atau statis. GNS Indonesia hanya 30,87 persen di bawah China, dan Korea Selatan,”kata Kusumaningtuti.
Data IMF 2015 menunjukkan, GNS Tiongkok mencapai 35,11 persen, GNS Singapura sebesar 46,73 persen, GNS Malaysia 29,83 persen, dan GNS Korea Selatan sebesar 35,11 persen.
Padahal, kata Kusumaningtuti, pendapatan nasional naik, sehingga kesejahteraan masyarakat pun juga naik. Namun, perilaku pembelanjaan masyarakat meningkat.
Simpanan nasional, sebutnya sangat penting karena mempengaruhi pembiayaan nasional untuk pembangunan agar mengurangi ketergantungan pembiayaan dari luar.
Oleh karena itu, OJK berupaya untuk mengembalikan budaya menabung sejak dini, dan mengimbau perbankan menyediakan skim-skim tabungan yang lebih menarik dalam rangka menunjang budaya menabung.
“Kami sosialisasi, terutama pada pelajar sekolah dengan meluncurkan simpanan pelajar (simpel), hanya dengan setoran awal Rp1.000,” katanya.
Lanjut Kusumaningtuti, aktivitas langsung di perbankan nasional akan dilakukan pada September, untuk siswa pelajar sekolah dasar (SD) hingga tiga SMA. “Industri perbankan akan menyasar ke sekolah-sekolah sehingga pelajar-pelajar ada dorongan rutin menabung,” katanya.(LMC/VVN)