Jakarta, 12/9 (LintasMedan) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengimbau kepada generasi muda untuk mengenali para kandidat peserta Pemilu 2024, baik calon legislatif maupun calon presiden-wakil presiden.
Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana mengingatkan agar pemilih muda tidak sebatas ikut-ikutan keluarga, teman, atau orang lain saat memilih pemimpin pada Pemilu 2024.
“Mulai sekarang ketika akan memilih calon pemimpin harus mulai menggunakan pikiran. Cek rekam jejak, latar belakang, profil kandidat. Jangan asal coblos,” ujar Wawan dalam kanal youtube Anti Coruption Learning Centre (ACLC) KPK.
Apalagi, lanjut Wawan di era sekarang penelusuran profil tidaklah sulit karena sudah terbantu informasi di media digital.
Imbauan ini ditujukan kepada seluruh generasi muda yang telah terdaftar sebagai pemilih untuk Pemilu 2024. Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa.
Dari jumlah itu, 52 persen diantaranya merupakan pemilih muda. Rinciannya, pemilih berusia 17 tahun sebanyak 0,003 persen atau sekitar 6 ribu jiwa. Kemudian pemilih dengan rentang usia 17 tahun hingga 30 tahun mencapai 31,23 persen atau sekitar 63,9 juta jiwa.
Lalu disusul dengan Pemilih dengan 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 20,70 persen atau sekitar 42,395 juta jiwa. Sementara pemilih dengan usia lebih dari 40 tahun persentasenya mencapai 48,07 persen atau berjumlah 98.448.775 orang.
Gandeng Tokoh Agama
Dalam hal sosialisasi dan kampanye anti politik uang, KPK menggandeng tokoh agama untuk turut membantu mengedukasi masyarakat. Tokoh agama dianggap menjadi panutan bagi masyarakat luas.
KPK berharap para tokoh agama dapat menyelipkan materi anti politik uang di dalam materi dakwahnya.
“Sejumlah tokoh agama, termasuk tokoh masyarakat yang jadi panutan kita gandeng. Kita ingin para tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi mitra KPK, melakukan pendekatan kepada
masyarakat,” ujar Wawan.
Wawan berkeyakinan, jika tokoh agama dan tokoh masyarakat terlibat aktif mengkampanyekan anti politik yang, masyarakat luas dapat menolak serangan fajar yang digencarkan oleh para peserta pemilu. Dengan begitu, demokrasi dalam pemilu 2024 diyakini akan menjadi pemilu yang
bersih dan jujur.
“Karena pada dasarnya tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan dan tokoh lainnya juga memiliki kewajiban dan peranan untuk bersama-sama mencegah korupsi,” ujar Wawan lagi.(ADVETORIAL)