Parapat, 1/5 (LintasMedan) -Beragam inovasi gencar dilakukan PT Aquafarm Nusantara dalam meminimalisir dampak pencemaran lingkungan khususnya di kawasan Danau Toba.
Pihak perusahaan milik investor Swiss itu terus berupaya menyajikan manfaat untuk masyarakat sekitar. Salah satunya dengan menciptakan pupuk kompos berasal dari ikan -ikan nila yang telah mati.
Pupuk organik yang tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya ini sangat mendapat respon kalangan petani, selain pihak perusahaan membagikannya secara gratis kepada kelompok tani sekitar, kualitasnya juga dinilai lebih baik.
Sebagaimana pengakuan Hallason Sidabutar, warga Lontung Desa Huta Ginjang Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Saat ini dia beralih menggunakan pupuk buatan PT Aquafarm untuk menanam padi. “Hasil panen saya meningkat , gabah yang dihasikan dari sebelumnya hanya 200 kg menjadi 250 kg per rante sawah, dengan dosis penggunaan 5 sloki atau 15 cc pupuk yang ditambah 15 liter air,” paparnya.
Irfan, Kepala Divisi IPAL dan Sanitasi PT Aquafarm Nusantara, kepada wartawan mengatakan inovasi tersebut dilakukan dalam upaya ikut menurunkan dampak pencemaran lingkungan di kawasan Danau Toba akibat dihasilkan pupuk-pupuk kimia.
“Kita hanya berfikir, bagaimana ikan-ikan yang mati tetap bisa bermanfaat khususnya bagi warga sekitar,” katanya.
Namun hingga saat ini pihaknya baru melakukan inovasi pembuatan pupuk alami itu di satu lokasi yakni di Silimalombu Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Aktivitas tersebut telah dilakukan beberapa tahun lalu, namun hasilnya masih sangat terbatas, sedangkan permintaan para petani cukup tinggi.
Sebelumnya perusahaan ini hanya melakukan pengolahan pupuk padat dengan bak penampungan terbuat dari beton dengan diameter sebesar 3 x 2 meter dan tinggi 1.2 meter. Sedangkan bagian atasnya ditutup untuk menghindari bau yang berasal dari bangkai-bangkai ikan yang dimasukkan serta didiamkan selama tujuh hingga delapan bulan.
Namun metode tersebut dinilai kurang efektif dan memakan waktu terlalu lama. Hingga beralih ke metode kedua dengan menggunakan bak terbuat dari kayu.
Meski proses pembusukan ikan menjadi lebih cepat yakni selama 6 bulan namun metode inipun dirasa masih belum efektif. Sari pati pupuk justru habis tergerus keluar dan tumpah di sekitar bak, hingga pihak perusahaan menemukan metode pengolahan terbaru yakni pupuk cair, dengan cara memberikan campuran air kelapa dan nenas ke bangkai ikan yang telah dibusukkan.
Selanjutnya di bagian bak beton dibuat kran-kran untuk mengeluarkan pupuk cair ke dalam botol.
“Metode ini hanya memakan waktu lebih kurang tiga sampai empat minggu. Hasilnya sudah bisa dibagikan kepada petani,” ujarnya.(LMC-02)