
Ilustrasi - Tim medis menangani pasien positif COVID-19. (Foto: LintasMedan/dok)
Ilustrasi – Tim medis menangani pasien positif COVID-19. (Foto: LintasMedan/dok)
Jakarta, 19/5 (LintasMedan) – Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, konsep ‘new normal’ alias tatanan kehidupan baru untuk menghindari dampak buruk pandemi COVID-19 secara berkelanjutan dikhawatirkan berpotensi menciptakan peningkatan kasus penularan virus corona lagi dan berimbas pada tenaga medis, khususnya para perawat.
“Ini yang menjadi perhatian kami. Kami sudah punya prediksi, khawatir ada banyak eskalasi kasus. Jika kasus meningkat, maka kami-kami juga yang menjadi ujung tombak,” kata Harif kepada pers, Senin (19/5).
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia belakangan menggaungkan istilah the new normal atau pola hidup normal versi baru yang menuntut warga hidup berdamai dan berdampingan dengan pandemi COVID-19.
Disebutkannya, dalam new normal, ada indikasi beberapa sektor kegiatan yang tadinya ditutup akan dibuka kembali.
Penerapan konsep tersebut, lanjut dia, tentunya menjadi kegamangan tersendiri bagi kalangan perawat karena mereka diperkirakan masih lama lagi akan bertugas.
Sementara, sulit dibantah bahwa para perawat bersama dokter dan tenaga medis lain merupakan kalangan yang paling rentan dengan risiko terpapar COVID-19.
Sebab, menuru Harif, mereka bekerja sekitar delapan jam sehari dan selama itu pula tubuh mereka dibungkus alat pelindung diri lengkap.
“Dalam menangani pasien COVID-19. Perawat bersama dokter dan tenaga medis lain selama ini berhubungan langsung dengan pasien suspect ataupun positif COVID-19 di tempat paling terpapar.” ujarnya.
Hingga saat ini, data PPNI menyebutkan, 20 perawat pasien COVID-19 telah meninggal dunia, 59 perawat positif, dan 68 perawat tengah dirawat sebagai pasien suspect ataupun positif COVID-19.
Perubahan budaya
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, istilah new normal lebih menitikberatkan perubahan budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Hal ini disampaikan menanggapi kekhawatiran sejumlah pihak, termasuk tenaga kesehatan, atas rencana penerapan new normal.
“New normal adalah perubahan budaya. (Misalnya) Selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), memakai masker kalau keluar rumah, mencuci tangan, dan seterusnya,” ujar Yuri.
Selain perubahan perilaku masyarakat, lanjut Yuri, new normal nantinya juga mengubah paradigma pelayanan kesehatan.
“Yang mana, kata Yuri, layanan kesehatan akan mengedepankan cara online. Nanti dari konsultasi akan ditentukan kapan ketemu dokter jika diperlukan,” paparnya.
Ia menambahkan, meski menggaungkan new normal, Presiden Joko Widodo hingga saat ini tidak menginstruksikan untuk melonggarkan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB).
Dia menilai, kekecewaan tenaga kesehatan saat ini disebabkan perilaku masyarakat yang kurang disiplin mematuhi protokol pencegahan penularan virus corona.
“Yang pasti sampai sekarang Presiden tidak melonggarkan PSBB. Rakyat diminta patuh, tenaga kesehatan kecewa sama perilaku masyarakat yang tidak patuh,” ujar Yuri. (LMC-04)