Jakarta, 7/2 (LintasMedan) – Sosok Tristan Alif Naufal membuat dua akademi terbaik Eropa, Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam kepincut.
Sebenarnya, bagaimana perjalanan Alif hingga kedua klub tersebut sangat berminat merekrutnya.
Alif mengenal sepakbola saat masih berusia 4 tahun. Dia mengetahui olahraga 11 lawan 11 ini lewat ayahnya, Ivan Trianto, yang ternyata penggemar sepakbola.
Ivan lantas menceritakan awal mula kecintaan Alif terhadap sepakbola. Ketika itu, ayah Alif sedang menonton tim kesayangannya, Liverpool bertanding.
“Tengah malam dan Alif bangun cari-cari saya. Karena sedang asyik nonton, saya minta Alif tidur di sebelah saya, itu di ruang tamu. Saya kira dia tidur, ternyata ikut nonton,” kata Ivan ketika ditemui di rumahnya di, kawasan Bintaro Jakarta, Kamis.
“Lalu, dia bilang ‘Abi aku mau seperti itu’. Setelah malam itu, Alif selalu minta dibelikan bola pas belanja di supermarket,” sambungnya.
Alif belum masuk Sekolah Sepakbola saat usianya masih 4 tahun.
Baru, saat sudah menginjak 5 tahun, sang ayah mencarikan Alif SSB agar bakatnya bisa lebih terasah.
Namun, usaha Ivan ternyata menemui jalan buntu. Ketika itu, banyak sekolah sepakbola (SSB) yang menolak Alif karena usianya yang belum cukup.
“Itu 2009, saya sampai keliling Jakarta cari SSB. Tapi, tak ada yang menerima karena usia minimal masuk SSB harus 7 tahun,” jelas Ivan.
“Saat Alif usia 6 tahun, dia baru masuk ke SSB. SSB pertama dia SSI Arsenal. Saya diberitahu teman, katanya anak usia 6 tahun bisa masuk SSI Arsenal,” lanjut dia.
Awalnya, Ivan merasa ragu memasukkan Alif ke SSI Arsenal. Wajar saja karena biaya menimba ilmu di SSI Arsenal tidak murah.
Setidaknya, uang Rp1,4 juta harus dikeluarkan per bulannya demi bisa menimba ilmu di SSB yang bermarkas di Pamulang tersebut.
“Saya bersyukur Alif dapat beasiswa. Pertama datang, resepsionis bilang bisa trial sehari. Alif saat itu datang pas anak-anak SSI Arsenal latihan. Langsung saja dia ikut, pakai sepatu sekolah,” ungkap pria yang berprofesi sebagai wiraswasta ini.
Setelah mengikuti trial, tim pelatih SSI Arsenal ternyata terpukau dengan aksi Alif. Tanpa ragu, mereka memberikan beasiswa kepada Alif.
“Sejak 4 tahun, dia saya suruh main bola sendiri di rumah. Saya kasih rekaman teknik bermain bola di Youtube. Suruh tiru gerakan-gerakan di Youtube. Ya itu, hasilnya dia bikin pelatih SSI Arsenal geleng-geleng kepala,” jelas Ivan.
Selain SSI Arsenal, Alif juga pernah menimba ilmu di SSB Liverpool. Kemudian, di 2012, Alif sempat bergabung ke SSB Asiop Apacinti.
Berbagai penghargaan, individu maupun tim sempat disabet Alif ketika bermain untuk ketiga SSB terkemuka tersebut. “Lupa berapa pialanya. Om kalau mau lihat ke kamar Alif saja. Tuh banyak,” kata Alif polos.
Habiskan Ratusan Juta
Kemampuan luar biasa Alif ternyata mengundang decak kagum dari beberapa klub Eropa. Akademi Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam sempat kepincut untuk meminang Alif.
Mereka pun mengundang siswa kelas 5 SD Kartika X-2 ini untuk ikut berlatih langsung di Belanda. 2014 silam, Alif sempat ikut festival sepakbola di Ajax.
Dan hebatnya, dia meraih beberapa gelar individu seperti Most Valuable Player di Ajax Internasional Camp 2014, Best Player pada 1V1 category, dan Coerver Netherlands Master Skillz 2014.
“Cerita awalnya itu ketika aksi Alif direkam oleh ibunya. Itu terjadi saat Alif masih ada di SSI Arsenal dan ikut turnamen di Singapura,” jelas Ivan.
“Video itu ternyata diedit oleh omnya Alif. Dan diunggah ke Youtube. Tahu-tahu banyak yang komentar dan mulai dari situ banyak yang tertarik,” ujarnya.
Ivan mengaku sudah keluar uang banyak untuk menjadikan Alif sebagai pesepakbola handal.
Namun, Ivan tak bisa menuturkan jumlah pasti yang sudah dia keluarkan.
“Ratusan juta rupiah sepertinya. Tapi, itu bukan uang saya sendiri. Ada juga dari sponsor. Saya terbantu dari situ,” tutur Ivan.
Sebenarnya upaya Ivan hampir membuahkan hasil. Akademi Ajax dan Feyenoord sudah menerima Alif sebagai murid mereka.
Anak tertua dari pasangan Ivan dan Irma Lansano ini diharapkan bisa kembali pada Maret 2015. Namun, sampai sekarang Ivan belum mendapatkan izin tinggal di Belanda.
Padahal, itu menjadi syarat wajib bagi Alif agar bisa bergabung ke akademi Ajax atau Feyenoord.
“Harapannya pemerintah bisa bantu. Saya tak tahu lagi harus berbuat apa,” ujar Ivan.
“Semua sudah saya lakukan. Kalau tak bisa main di sana, ya sudah Alif sekolah saja. Tak usah main di Indonesia, lebih baik sekolah. Tapi, sangat disayangkan jika bakat sebesar Alif disia-siakan,” katanya. (LMC-04/VVN)