Medan, 15/10 (LintasMedan) – Turnamen legendaris, Marah Halim Cup kembali digelar. Yayasan Marah Halim selaku penyelenggara even sudah mendapat dukungan dari tim transisi untuk menjalankan even yang sudah vakum lebih dari 20 tahun itu.
“Kami sudah konsolidasi dengan semua pihak termasuk tim transisi untuk menggelar kembali turnamen yang sudah lama tertunda ini,” kata Ketua Yayasan Mukhsin Pohan kepada wartawan di Medan, Kamis.
Turnamen ini sempat digaungkan untuk diselenggarakan pada 2014 lalu, namun batal diselenggarakan. Kali ini pihak yayasan berani menjamin tidak ada lagi pembatalan.
“Kami merasa dukungan yang besar dari tim transisi dan ketua kehormatan yang juga Pangkostrad Letjend Edy Rahmayadi untuk menggelar Piala Marah Halim. Itu yang mendorong kami,” tambah Mukhsin.
Turnamen Marah Halim yang digelar pada 1972 hingga 1985 sudah menjadi even prestisius. Namun sampai saat ini belum digelar lagi.
Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenpora Sakhyan Asmara yang juga anggota dewan pembina yayasan Marah Halim menjamin dukungan dari Menpora Imam Nahrowi untuk penyelenggaraan even ini.
Bahkan tim transisi ingin turnamen ini secepatnya bisa digelar. “Menteri sangat antusias dan support pada even ini. Kementrian akan segera mengeluarkan rekomendasi untuk memberi kemudahan kepada penyelenggara Marah Halim Cup,” tutur Sakhyan didampingi pengurus Yayasan Marah Halim lainnya antara lain Akbar Siregar, Dewi Budiati dan Basyaruddin Daulay.
“Turnamen ini kita laksanakan dalam rangka merespon bangkitnya sepakbola sumatera utara yamg ditandai dengan PSMS menjadi juara Piala Kemerdekaan,” tambah Sakhyan.
Yayasan Marah Halim menjanjikan hadiah Rp1,5 miliar kepada juara. Sasarannya, 8 tim besar bisa tampil di turnamen ini. Tim tersebut adalah dua tim finalis Piala Kemerdekaan yakni PSMS Medan dan Persinga Ngawi, 4 tim semifinalis Piala Presiden Persib, Sriwijaya, Mitra Kukar dan Arema serta dua tim bersejarah, Persija dan Persebaya.
“Dengan Marah Halim Cup, diharapkan pembinaan terus berlangsung,” tambah Basyaruddin Daulay.
“Marah Halim Cup tetap hidup dan takkan pernah mati,” tegas Dewi Budiati. (LMC-02)