
Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari saat memberi keterangan di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (10/4). (Foto: LintasMedan/Diskominfo RI)
Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari saat memberi keterangan di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (10/4). (Foto: LintasMedan/Diskominfo RI)
Jakarta, 11/4 (LintasMedan) – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) meminta para awak media tidak melakukan peliputan selama belum memenuhi protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19.
“Saya mengingatkan harus mengutamakan kesehatan, mengutamakan kondisinya. Jangan sampai protokol kesehatan diabaikan,” kata Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari dalam keterangan resminya, Jumat (10/4).
Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari menngklaim bangga lantaran wartawan saat ini menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi mengenai perkembangan wabah virus corona. Tetapi tetap harus memerhatikan protokol kesehatan.
“Saya mengingatkan harus mengutamakan kesehatan, mengutamakan kondisinya. Jangan sampai protokol kesehatan diabaikan,” ujarnya dalam keterangan resminya, Jumat (10/4/2020).
Pihaknya terus mengingatkan kepada seluruh anggota PWI agar menjalankan prosedur yang benar saat peliputan selama pandemi COVID-19.
Hingga saat ini kegiatan peliputan sudah mulai dibatasi, dalam artian tidak lagi menimbulkan kerumunan yang sejalan dengan prinsip physical distancing.
Ia berharap kegiatan peliputan yang sebelumnya masih mengundang banyak wartawan, sehingga terjadi kerumunan agar dihindari selama pandemi COVID-19.
“Beberapa waktu lalu karena diundang atau apa teman-teman wartawan masih bergerombol. Ketika kita kampanye social distancing masih berkumpul, begitu juga di beberapa daerah,” ujar Atal.
Menurut dia, banyak metode peliputan yang bisa dilakukan tanpa harus mengambil risiko dengan berkerumun di lapangan, misalnya melalui televisi pool, televisi streaming, telepon seluler, dan sebagainya.
Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 selama memberikan keterangan resminya melalui sistem TV pool, radio pool dan rilis pers kepada media.
“Sebenarnya banyak sekali cara meliput sekarang ini seperti TV pool, ini sudah bagus demi mendukung upaya pemerintah memutus penyebaran Covid-19,” paparnya.
Disebutkannya, perwakilan sejumlah media asing di Indonesia juga sudah tidak menerjunkan lagi wartawannya di lapangan selama pandemi corona.
“Saya dengar beberapa perwakilan media di luar, misalnya AS, Inggris, perwakilannya di sini tidak ada yang di lapangan. Apalagi, sampai mengejar pasien sampai rumah sakit,” kata Atal.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengajak wartawan lebih peduli akan keselamatan diri saat mewartakan informasi di lapangan terutama informasi yang berhubungan dengan COVID-19.
Mantan wartawan di salah satu televisi swasta tanah air itu mengaku risau saat mendapat kabar adanya sejumlah wartawan yang dinyatakan positif COVID-19 karena masih harus bertugas di lapangan.
“Kepada para wartawan yang menjadi garda terdepan di saat pandemi seperti saat ini, kami mohon juga untuk melakukan disiplin mandiri (self discipline) dalam peliputan-peliputan terkhusus liputan Covid-19,” kata Meutya di Jakarta, Jumat.
Ia juga berpesan agar ke depan penyelenggara konferensi pers agar mematuhi protokol kesehatan yang selama ini sudah disampaikan oleh Gugus Tugas COVID-19. (LMC-03/AN)