
Ilustrasi - Pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia. (Foto: LintasMedan/ist)

Jakarta, 4/8 (LintasMedan) – Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) menindaklanjuti rencana imbal dagang dengan perusahaan asal Rusia, Rostec, yang ingin melakukan barter pesawat Sukhoi SU-35 dengan karet, minyak sawit mentah (CPO), dan kopi Indonesia.
“Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah ini diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran 11 Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam siaran persnya, Jumat.
Enggar berharap agar kesepakatan imbal dagang kali ini dapat disusul oleh kesepakatan serupa menyangkut produk atau sektor lain.
Kesempatan itu, menurut dia, kini sangat terbuka karena Rusia menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, serta sekutu-sekutunya terkait isu keamanan dan teritorial.
Sementara Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut. Akibat embargo dan kontra embargo ini Rusia memerlukan sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk buah-buahan tropis, serta produk esensial lainnya
“Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontra embargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi yang biasa, karena kita juga melihat peluang di bidang pariwisata, pertukaran pelajar, kerja sama energi, teknologi, kedirgantaraan, dan lainnya,” ujarnya.
Kunjungan Menteri Perdagangan RI dan rombongan ke Negeri Beruang Merah tersebut rencananya juga dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya Indonesia-Russia Preferential Trade Agreement (PTA) atau Perjanjian Perdagangan Produk Tertentu dan Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-Eurasia (FTA) agar dapat mendorong perdagangan yang seimbang dengan Rusia dan negara-negara di kawasan Eurasia.
Negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin tersebut dinilai memiliki peranan penting dalam hubungan dagang Indonesia. Rusia menjadi pintu gerbang produk Indonesia ke zona Uni Ekonomi Eurasia, yang terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kyrgyzstan.
Rusia juga merupakan pasar nontradisional terbesar untuk produk dan jasa layanan Indonesia di Eropa Tengah dan Timur.
Tahun lalu, perdagangan antara Indonesia dan Rusia mencapai 2,11 miliar dolar Amerika Serikat, di mana Indonesia mengantongi surplus sebesar 411 juta dolar AS. Nilai perdagangan tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan nilai pada 2015 sebesar 1,9 miliar dolar AS.
Selain memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi yang telah dibangun sejak lebih dari 65 tahun silam, rangkaian kegiatan misi dagang Rusia juga dilakukan melalui Forum Bisnis Kelapa Sawit, Forum Bisnis Indonesia-Rusia, one-on-one business matching, serta kunjungan ke Paviliun Indonesia di Food City. (LMC-03/KC)