Medan, 25/1 (LintasMedan) – Manajemen PT.Dhirga Surya mengaku belum dapat menyediakan beras untuk kebutuhan masyarakat secara merata.
Hal yang menjadi kendala karena industri penggilingan padi dan penyosohan yang mereka usahai sekarang ini belum dapat berproduksi maksimal.
PT.Dhirga Surya juga membutuhkan alat pemanen padi dan armada untuk mengangkut gabah langsung dari sawah petani.
Direktur Utama (Dirut) PT.Dhirga Surya Isfan F.Fachruddin, mengatakan itu saat ditemui wartawan, Selasa (24/1). Didampingi Manejer Produksi Unit Beras Ahmad Parlindungan Batubara dan Direktur Operasional (Dirop) Budi Hartoyo, Isfan Fachruddin, menceritakan tentang perkembangan dari unit usaha Penggilingan Padi dan Penyosohan yang dikelola pihaknya saat ini. Unit usaha itu berada di Jl. Gereja, Desa Kota Galuh, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai (Sergai).
Kata Isfan Fachruddin, untuk mendukung pengadaan beras yang baik, pihaknya kini telah memiliki mesin pengolahan padi menjadi beras. Kapasitas mesin sebanyak 30 ton per sekali penggilingan.
Dengan kapasitan itu, kata Isfan, pihaknya menargetkan produksi sebanyak 300 ton per bulan. ‘’Namun target itu belum tercapai, karena kami masih kesulitan dalam memasok gabah sebagai bahan baku,’’ katanya.
Dikatakan Isfan, minimnya pasokan bahan baku, bukan dikarenakan sulitnya mencari gabah dari petani. Tapi, karena fluktuasi (perubahan ) harga yang sangat tidak menentu. Hal itu disebabkan biaya panen yang dikeluarkan para petani juga masih tidak menentu.
Umumnya, kata dia petani di Kabupaten Sergai dan Deliserdang, saat memanen padi selalu menyewa alat pemanen (traktor, mesin perontok padi) dari pihak lain. Umumnya mereka adalah para pedagang beras. Karena sewa alatnya mahal, akibatnya petani, menjual hasil panen mereka kepada pemilik alat pemanen. ‘’Akhirnya, kita sulit membeli dari petani. Kalaupun ada, harganya sudah sangat tinggi,’’ ucapnya.
Karena itu, menurut Isfan, PT.Dhirga Surya membutuhkan alat-alat panen dan armada yang dapat mengangkut langsung hasil panen petani. Dengan begitu pihak kilang padi bisa membantu petani memanen, dan langsung membeli padi dari lahan petani. ‘’Kalau sekarang kita tidak bisa membeli langsung. Harus melalui perantara, dan harganya tidak stabil,’’ sebutnya.
Tentang bahan baku padi, menurut Isfan, sebenarnya tersedia dengan sangat cukup. Untuk memenuhi target produksi 300 ton per bulan, cukup dari petani sekitar Sergai dan Deliserdang saja. ‘’Persoalan mendasarnya hanya pada harga gabah dari petani yang sangat fluktuasi,’’ sambungnya.
Untuk menyediakan peralatan panen dan transportasi, disebutkan Isfan, pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp10 miliar. Pihaknya sangat berharap, dalam tahun ini, mendapatkan lagi dana dalam bentuk penyertaan modal dari Pemprovsu. ‘’Kalau tentang prospek, usaha ini sangat menjanjikan. Karena berfungsi juga sebagai system resi gudang, yang dapat menstabilkan harga, baik di tingkat petani maupun untuk konsumen,’’ tambahnya.
BUMD ini, sebut dia kedepan bisa lebih memaksimalkan perannya untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga ketersediaan beras di tengah masyarakat.
Menurut dia, dengan memiliki alat pertanian seperti traktor dan alat pemanen padi, maka Dhirga Surya bisa lebih mudah mendapatkan/membeli gabah petani secara langsung dengan harga sesuai yang berlaku.
Dengan cara itu, maka petani juga mendapatkan harga yang pantas
Selain bisa mendapatkan harga jual sesuai yang berlaku, adanya alat pertanian membuat Dhirga Surya bisa membantu petani mendapatkan hasil padi yang lebih baik dan banyak.
Alasannya, karena dengan menggunakan alat yang tepat, produksi dan kualitas hasil panen juga lebih baik. (LMC-02)