Medan, 18/2 (LintasMedan) – PT Aquafarm Nusantara (PT AN), perusahaan asing yang bergerak di sektor budidaya perikanan nila melalui keramba jaring apung (KJA) memutuskan untuk menutup salah satu lokasi usaha yang berada di Huta Panahatan, Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun.
Keputusan itu diambil, Jumat, guna membantu program pemerintah untuk menjadikan lokasi Panahatan dan sekitarnya sebagai bagian dari situs Geopark Kaldera Toba – UNESCO.
“Kami mengambil keputusan ini dengan berat hati, karena lokasi Panahatan adalah lokasi dimana PT Aquafarm Nusantara merintis usaha budidaya ikan di Danau Toba pada awal tahun 1998. Dan hingga saat ini, PTAN telah dikenal di dunia sebagai produsen ikan nila fillet kelas premium,” kata Humas PT Aquafarm Nusantara Afrizal kepada wartawan, akhir pekan lalu di Medan.
Dikatakannya, PTAN telah mempekerjakan 750 orang yang berdedikasi di seluruh lokasi usaha yang berada di perairan Danau Toba, termasuk beberapa usaha turunannya.
“Kami akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten di seputar kawasan Danau Toba, untuk melihat kemungkinan mereka dapat mencarikan solusi pekerjaan baru bagi karyawan yang akan terkena dampak atas penutupan ini,” kata dia.
Saat ini, di lokasi Panahatan sendiri terdapat 57 orang karyawan tetap, yang mata pencaharian utamanya berasal dari PTAN. Di sisi lain, belum ada pekerjaan alternatif lain yang tersedia bagi mereka atas keberadaan Geopark ataupun industri pariwisata di Panahatan.
Keputusan PTAN ini menurut Afrizal, dilaksanakan berdasarkan koordinasi dengan Pemprov Sumut dan instansi terkait lainnya untuk membantu Pemerintah Indonesia menjadikan lokasi Panahatan sebagai situs Geopark UNESCO dan juga sebagai bentuk dukungan untuk membawa pariwisata baru ke Danau Toba.
“PT Aquafarm Nusantara dan induk perusahaan kami, Regal Springs AG, sangat percaya bahwa ada masa depan yang positif bagi Danau Toba di mana sektor usaha budidaya perikanan yang bertanggungjawab dan sektor pariwisata dapat hidup berdampingan, seperti berjalan di banyak belahan dunia lainnya, yang memberikan ruang bagi beberapa pelaku usaha untuk bekerja secara terpadu dan terencana dalam mewujudkan hal ini,” paparnya.
Saat ini kata dia, PT AN merupakan bagian dari bisnis global dengan para ahli dan teknologi terkemuka dan percaya bahwa PTAN dapat memberikan kontribusi yang bertanggungjawab melalui model koeksistensi (hidup bersama) di Danau Toba.
PT AN memiliki sejarah panjang dalam menjalankan bisnis di Indonesia yang dimulai sejak 30 tahun lalu di Jawa, dan di Danau Toba pada tahun 1998, untuk memproduksi ikan nila kelas premium.
PT AN kata Afrizal, beroperasi sesuai dengan Standar Manajemen Perikanan Budidaya yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
Bahkan, PTAN senantiasa mematuhi hukum serta peraturan nasional dan internasional untuk standar keamanan pangan, kualitas produk dan pengelolaan lingkungan serta memiliki kontribusi nyata dalam penyediaan lapangan kerja di Indonesia dan mata pencaharian bagi masyarakat dimana PTAN beroperasi.
Dikatakannya, PT AN fokus pada beberapa ide baru yang menarik yang akan meningkatkan standar pengelolaan perikanan budidaya yang bertanggungjawab di seluruh Indonesia.
Ini akan memproyeksikan Indonesia secara nasional dan internasional sebagai pemimpin dalam memproduksi makanan berkualitas tinggi dari budidaya ikan juga akan menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang dapat dipercaya untuk melakukan bisnis.
“Kami percaya bahwa hal ini akan meningkatkan reputasi dan manfaat sosio-ekonomi yang signifikan pada Indonesia dan kawasan Danau Toba pada khususnya untuk jangka panjang,” katanya.(LMC/rel)