

Medan, 16/5 (LintasMedan) – Anggota DPR dr Sofyan Tan mempertanyakan mengenai penghapusan mata pelajaran antropologi dalam kurikulum sekolah di tingkat SMA.
“Kami di komisi X akan memanggil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Muhadjir Effendy beserta Dirjen Kebudayaan dan Litbangnya pada rapat kerja, terkait penghapusan mata pelajaran antropologi di sekolah,” katanya baru-baru ini di Medan.
Sofyan Tan usai mengikuti Seminar Nasional “Membangun Indonesia Modern Melalui Antropologi dan Kebudayaan” di ruang Digital Library Universitas Negeri Medan (Unimed), Jalan Pancing Medan mengatakan mata pelajaran tersebut sangat penting sebab Indonesia memiliki beragam budaya.
Dia menyampaikan Indonesia memiliki 17.000 dan beragam budaya.
“Saya tidak yakin kemajemukan ini menjadi masalah. Sebab setau saya turis datang ke Indonesia karena budaya yang kita miliki. 70 persen turis datang karena budaya kita,” kata Sofyan Tan.
Hingga menurut dia jurusan antropologi justru menjadi penentu bangsa ini. “Budaya itu bukan biaya tapi investasi yang bernilai tinggi. Karena itulah, Komisi X membuat UU untuk memajukan budaya,” kata dia.
Sofyan Tan juga mengatakan, peran antropolog sangat penting dalam pembangunan bangsa, karena itu pelajaran itu harus dihidupkan kembali.
“Karena itu segera mungkin kami di Komisi X akan memanggil Kemendikbud beserta Litbangnya untuk menanyakan alasan penghapusan mata pelajaran antropologi di tingkat SMA,” kata Sofyan Tan.
Sedangkan menurut Prof BA Simanjuntak pelajaran antropologi di tingkat SMA sudah disatukan dengan pelajaran sosiologi. Padahal, sosialogi dan antropologi merupakan mata pelajaran yang berbeda.
“Kami tidak tahu apa alasan Kemendikbud menghapus mata pelajaran antropologi di tingkat SMA. Selain itu, kebanyakan guru yang mengajar sosiologi juga bukanlah guru sosiologi melainkan guru bidang studi lain seperti IPS, PPKN atau geografi,” kata Simanjuntak.
Hal yang sama juga disampaikan Antropolog Unimed sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Unimed Dr Rosramadhana.
Menurutnya program studi (prodi) antropologi sudah ada sejak tahun 1964, namun pernah ditutup tahun 1985. Untuk kemudian kembali dibuka pada 2008.
Melalui Dewan Harian Daerah (DHD) 45 kata Dana, pihaknya mengusulkan agar Kemendikbud memasukkan kembali pelajaran antropologi ke sekolah. “Kami meminta pelajaran antropologi berdiri sendiri tidak lagi satu dengan sosiologi,” tegasnya.
Dalam acara itu juga diserahkan penghargaan dan plakat kepada masing-masing pembicara.*
Seminar menghadirkan Keynote Speakers Wakil Rektor IV Unimed Prof Manihar Situmorang dan dr Sofyan Tan.
Pembicara pada seminar yakni Prof BA Simanjuntak (Culture Antropolog Leiden Universiteit), Prof Robert Sibarani (Ahli Tradisi Lisan), Prof Ramadhan Hamdani Harahap (Ketua Asosiasi Antropologi Indonesia/AAI Sumatera Utara) dan Dr Rosramadhana (Antropolog Unimed dan Ketua Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Unimed).(LMC-02)