
Ilustrasi - Aktivitas ekspor di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belawan Medan. (Foto: LintasMedan/ist)

Medan, 18/11 (LintasMedan) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengungkapkan nilai ekspor nonmigas provinsi tersebut mengalami kenaikan 11,73 persen pada September 2016, jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Data yang dihimpun LintasMedan.com dari BPS Provinsi Sumut, di Medan, Jumat, menyebutkan, nilai ekspor nonmigas Sumut pada September 2016 mencapai 731,84 juta dolar AS atau naik 11,73 persen dibanding Agustus 2016 sebesar 655,02 juta dolar AS.
Sementara, jika dibandingkan dengan realisasi ekspor nonmigas pada September tahun 2015, ekspor Sumut selama September 2016 mengalami kenaikan 13,41 persen.
Peningkatan nilai ekspor terbesar pada bulan September 2016 berasal dari golongan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar 52,92 juta dolar AS (18,02%).
Sedangkan penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada golongan kopi, teh, rempah-rempah (HS 09) sebesar 4,49 juta dolar AS (-13,76%).
Ekspor ke India pada September 2016 mencapai angka terbesar yaitu 76,55 juta dolar AS, diikuti Amerika Serikat sebesar 71,83 juta dolar AS, dan Tiongkok sebesar 68,42 juta dolar AS dengan kontribusi ketiganya mencapai 29,62 persen.
Menurut kelompok negara tujuan ekspor pada September 2016, kawasan negara-negara Asia (di luar ASEAN) mengalami kenaikan terbesar dengan nilai 42,43 juta dolar AS atau meningkat 19,40 persen.
Melampaui
Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono, belum lama ini, mengatakan, ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk olahannya telah melampaui nilai ekspor minyak dan gas nasional.
Tahun 2015, ekspor minyak sawit menyumbang devisa 18,65 miliar dolar AS. Sedangkan total nilai ekspor migas sendiri pada tahun lalu mencapai USD 12,5 miliar.
“Jadi kita boleh bangga untuk bisa mengatakan bahwa produk CPO dan minyak sawit olahan merupakan penyumpang devisa ekspor terbesar bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Joko mengatakan, posisi yang sangat baik ini harus mampu dipertahankan. Karena itu, seluruh pemangku kepentingan di dalam sektor perkebunan kelapa sawit harus semakin kompak. Terutama dalam menghadapi kampanye negatif terhadap sawit yang semakin masif.
“Total nilai ekspor minyak sawit tersebut setara dengan 13,5 persen dari total ekspor non migas nasional,” paparnya.
Joko yang juga Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk ini mengatakan, hingga saat ini Indonesia masih menempati posisi sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia.
Total produksi minyak sawit nasional mencapai 35 juta ton, sedangkan Malaysia yang berada di peringkat dua menghasilkan CPO 21 juta ton.
“Kita bukan bersaing dengan Malaysia. Tetapi persaingan kita adalah dengan produk-produk minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari, kedelai, rapeseed, kanola, maupun jagung. Dan notabene minyak-minyak nabati pesaing sawit itu dihasilkan oleh negara-negara di Amerika dan Eropa,” katanya. (LMC-04)