
Safriadi SH.(Foto:LintasMedan/Irma)

Medan, 4/6 (LintasMedan) – Pernah mengalami kecelakaan lalulintas dengan cedera yang cukup parah, menjadikan Bupati Kabupaten Aceh Singkil Safriadi mengaku begitu peduli terhadap masalah kesehatan.
“Saya pernah mengalami kecelakaan akibat mobil masuk jurang, kejadiannya di wilayah Tanah Karo,” katanya kepada wartawan di Kantor Yayasan Kippas, di Medan, baru-baru ini.
Peristiwa itu, kata Safriadi terjadi pada 1997, hingga bagian wajah dan matanya yang terkena pecahan kaca terpaksa harus dioperasi di salah satu rumah sakit di Medan.
Ironisnya, menurut cerita Safriadi, dia dibawa dari lokasi kecelakaan menuju Medan dengan menggunakan mobil ambulans tanpa rem.
“Ketika itu saya masih sadar dan mendengar semua percakapan supir dan orang yang menolong saya, termasuk tentang ambulans yang dikendarai remnya blong,” katanya.
Sejak peristiwa itu orang nomor satu di Aceh Singkil ini menganggap kesehatan harus diutamakan. Apalagi di kabupaten yang dipimpinnya ini termasuk wilayah terbelakang dan tertinggal di Provinsi Aceh serta jauh dari bantuan medis jika ada warga yang sakit.
Kepedulian akan masalah kesehatan itu pula yang membuat Kabupaten Aceh Singkil mendapat penghargaan dari United Nations Secretariat, melalui
program kemitraan antara dukun beranak dan bidan desa.
Program kemitraan Dukun dan Bidan ini dianggap mampu mengurangi angka kematian ibu dan anak dan berhasil terpilih sebagai Second Place Winner (Peringkat kedua untuk the 2015 United Nations Public Service Award untuk kategori Improving The Delivery of publik service).
“Penyerahan penghargaan akan digelar di Colombia 23 Juni 2015 dan saya langsung diundang ke negara itu mewakili Indonesia,” kata Safriadi.
Sebelum program ini dilaksanakan, angka kematian ibu dan anak di Kabupeten Aceh Singkil dinilai cukup tinggi, mencapai angka 30 persen dari total persalinan.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat tahun 2010 menunjukkan bahwa 38,28 persen kelahiran di kabupaten itu ditangani oleh dukun. Data kabupaten menunjukkan bahwa 122 dukun terlibat aktif dalam membantu proses persalinan pada tahun yang sama.
Melalui program kemitraan dukun dan bidan angka kematian ibu dan anak di Aceh Singkil langsung bisa ditekan, pada tahun 2013 hanya terjadi satu kematian ibu saat persalinan sedangkan tahun 2014 sama sekali tidak ada korban meninggal dunia.
Umumnya, kata Safriadi korban meninggal akibat pendarahan dan tidak mendapat bantuan medis.
Kini di wilayah Aceh Singkil telah ada Puskesmas dan Faskes untuk tiap-tiap desa. “Kabupaten Aceh Singkil juga terkenal dengan wabah penyakit Malaria, ” katanya.
Sehingga pihaknya harus terus berupaya menekan angka kematian akibat wabah nyamuk tersebut yang terbilang cukup tinggi yakni 18 orang meninggal dalam satu tahun. “Makanya tenaga medis terus disiagakan di tiap-tiap kecamatan serta perlengkapan rumah sakitnya akan terus dibenahi,” ujarnya.(LMC-02)