Medan, 3/6 (LintasMedan) – Berpengalaman selama 25 tahun menangani proses persalinan, namun Siti Rabiah tetap menganggap profesi yang ditekuninya bukanlah pekerjaan yang gampang.
Saat menangani pasien yang akan melahirkan, wanita yang dikenal sebagai dukun beranak di Desa Suka Damai Kecamatan Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Singkil ini, mengaku tetap was-was dan khawatir akan keselamatan ibu maupun bayi yang sedang dibantunya dalam proses persalinan itu.
Beberapa desa, di Kabupaten Aceh Singkil termasuk Desa Suka Damai merupakan wilayah terbelakang dan tertinggal. Untuk membantu proses persalinan di desa yang terletak di wilayah aliran sungai itu hanya mengandalkan dukun beranak dan tanpa bantuan medis.
“Warga mempercayakan saya untuk membantu proses persalinan dan saya melakukannya hanya berdasarkan naluri saja,” kata Rabiah di Kantor Yayasan Kippas di Medan Senin.
Bahkan, kata dia saat selesai proses persalinan, baik ibu maupun bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak mendapat perobatan medis namun hanya mengandalkan ramuan dari rempah-rempah.
“Biasanya memotong tali pusar bayi juga pakai sembilu (bambu), kemudian dilumuri kunyit dan pinang agar tidak infeksi,” paparnya.
Saat ini Rabiah mengaku bisa bernafas lega karena adanya penerapan kemitraan antara bidan dengan dukun beranak di Kabupaten Aceh Singkil yang dimulai sejak akhir tahun 2012.
Kerja Rabiah yang awalnya menangani seluruh proses persalinan menjadi sedikit ringan, meski tenaganya sebagai dukun beranak masih sangat dibutuhkan.
“Dukun beranak masih sangat dibutuhkan untuk membantu dari aspek psikologis jelang melahirkan serta mengurut-urut pasien, sedangkan proses persalinan dibantu oleh bidan desa di Puskesmas,” kata Rahma Efrida Pohan AM, Keb salah seorang Bidan Desa Kemitraan Aceh Singkil.
Dari program kemitraan antara dukun beranak dan bidan desa tersebut menjadikan Kabupaten Aceh Singkil di bawah kepemimpinan Bupati Safriadi SH, mendapat penghargaan dari United Nations Secretariat.
Lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini mengirimkan informasi melalui email ke Dinas Kesehatan Aceh Singkil, bahwa program kemitraan Dukun dan Bidan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, berthasil dipilih sebagai Second Place Winner (Peringkat kedua untuk the 2015 United Nations Public Service Award untuk kategori Improving The Delivery of publik service).
Menurut Kepala Puskesmas Kecamatan Aceh Singkil Dr Ismunandar, sebelum program ini dilaksanakan, angka kematian ibu dan anak di Kabupeten Aceh Singkil dinilai cukup tinggi, mencapai angka 30 persen dari total persalinan.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat tahun 2010 menunjukkan bahwa 38,28 persen kelahiran di kabupaten itu ditangani oleh dukun. Data kabupaten menunjukkan bahwa 122 dukun terlibat aktif dalam membantu proses persalinan pada tahun yang sama.
Dikatakan Isunandar, melalui program kemitraan dukun dan bidan angka kematian ibu dan anak di Aceh Singkil langsung bisa ditekan, pada tahun 2013 hanya terjadi satu kematian ibu saat persalinan sedangkan tahun 2014 sama sekali tidak ada korban meninggal dunia.
“Umumnya pasien meninggal akibat pendarahan, apalagi dari pengakuan dukun beranak beberapa warga justru baru tahu hamil pada saat akan melahirkan,” kata Ismunandar.(LMC-02)