
Danau Toba. (Foto: LintasMedan/ist)

Medan, 23/7 (LintasMedan) – Kalangan peneliti mengungkapkan sebagian besar bagian zona tengah perairan Danau Toba masih baik, sehingga sejumlah titik di kawasan itu masih masuk kategori Oligotropik atau perairan dalam dengan airnya yang jernih, minim unsur hara, produktivitas rendah dan kaya oksigen.
“Saya yakin perairan Danau Toba yang berada di tengah-tengah danau masih oligotropik,” kata Lukman dari Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada wartawan, di Medan, baru-baru ini.
Menurut dia, kondisi cemar air umumnya terjadi pada beberapa zona di sebagian pinggiran danau tersebut yang ditandai dengan memburuknya kualitas air diduga akibat pembuangan limbah domestik, hotel, pertanian, serta berbagai limbah lainnya di atas baku mutu yang diperbolehkan.
Disebutkannya, di sebagian kawasan pinggiran danau yang telah ditetapkan Pemerintah pusat sebagai salah satu destinasi wisata nasional itu, kini telah pula berkembang biak plankton secara berlebihan.
Untuk memastikan secara valid persentase tingkat pencemaran di Danau Toba secara keseluruhan, lanjut dia, mutlak dilakukan penelitian dan kajian mendalam terhadap masing-masing sektor penyumbang limbah ke danau terbesar di Asia Tenggara itu.
“Jadi, bukan hanya limbah dari perikanan itu saja yang dihitung persentase pencemarannya, melainkan semua jenis limbah yang masuk ke Danau Toba dan berpotensi menimbulkan pencemaran,” tuturnya.
Dari hasil penelitian dan kajian tersebut, katanya, juga akan dapat disimpulkan seberapa daya dukung dan daya tampung Danau Toba yang dinilai layak digunakan sebagai tempat budidaya ikan air tawar.
Sedangkan defenisi daya dukung itu sendiri adalah hitungan kemampuan Danau Toba memulihkan dari beban yang masuk ke Danau Toba.
Karena itu, kata dia, prinsip keberlangsungan budidaya perikanan di kawasan Danau Toba harus tetap mengacu pada parameter daya dukung.
“Kongkretnya, produksi perikanan harus lebih kecil dari daya dukung perairan Danau Toba,” ucapnya.
Lukman yang didampingi Badan Research dan SDM Kelautan Perikanan LIPI Prof. Dr Endy Setiadi Kartamihardja, mengatakan perbedaan daya dukung perairan terhadap volume produksi ikan di suatu perairan yang dipersyaratkan terletak dalam pengambilan titik sample.
Hasil kajian yang dilakukan tim dari LIPI terhadap daya dukung perikanan di Danau Toba beberapa waktu lalu, katanya, mengusulkan produksi perikanan di danau tersebut maksimum sebanyak 35.000 ton per tahun.
Sementara Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP) mengusulkan berkisar 50.000 ton dan Pemerintah Provinsi Sumut mengeluarkan kebijakan terhadap daya dukung Danau Toba hanya sekitar 10.000 ton per tahun.
“Kebijakan 10.000 ton per tahun sebagaimana yang dikeluarkan Pemprov Sumut sah-sah saja, tetapi bagaimana konsekuensinya dengan masyarakat perikanan di kawasan Danau Toba yang selama ini mengandalkan sumber mata pencaharian dari sektor perikanan,” ujar Lukman.
Menanggapi banyak asumsi dan perbedaan pendapat soal daya dukung perikanan di Danau Toba, Lukman mengatakan bahwa hal itu sah-sah saja, karena parameter daya dukung suatu perairan harus didasarkan atas hasil kajian dan penelitian dari suatu lembaga resmi.
Ia mengemukakan, untuk menjadikan seluruh perairan Danau Toba menjadi oligotrofik, apalagi menjadi mesotrofik atau danau yang airnya cukup jernih dengan kandungan nutriennya sedang, bukan hal mudah dan dibutuhkan biaya yang sangat besar.
Selain itu, mutlak dilakukan upaya secara berkesinambungan membangun kesadaran masyarakat dan perusahaan di pinggiran Danau Toba agar membangun instalasi pembuangan limbah. (LMC-02)