
Leonard Samosir (Foto:LintasMedan/irma)

Medan, 22/4 (LintasMedan) – Anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Sumatera Utara Leonard Samosir mempertanyakan sejumlah aset milik daerah ini yang tidak jelas keberadaannya.
Bahkan sejumlah aset bernilai ratusan miliar rupiah diduga tidak terurus dan ada yang beralih ke pihak ketiga.
Anggota Komisi D DPRD Sumut ini bahkan mengaku heran jika Pemprov Sumut mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), dengan kondisi pengelolaan aset yang berantakan.
“Padahal persoalan aset sebenarnya justru menjadi sandungan untuk mendapat opini terbaik tersebut dari BPK,” katanya kepada pers, Jumat.
Sebab, kata Leonard salah satu syarat untuk mendapat opini WTP adalah tertibnya pengelolaan aset.
Dia mencontohkan sejumlah aset yang tidak terurus seperti pembelian mesin cetak senilai Rp6 Miliar di PT Aneka Jasa Industri (AIJ).
Dia menilai pengadaan mesin tersebut terkesan mubazir, di saat sekitar 80 pekerja di perusahaan milik BUMD tersebut dikabarkan belum menerima gaji.
“Sementara PT AIJ bisa menghamburkan uang membeli mesin cetak seharga Rp 6 miliar yang didatangkan dari Jerman,” sesalnya.
Sedangkan aset lainnya seperti Studio Film Sunggal, Lahan Sirkuit Ikatan Motor Indonesia dan Lahan Padepokan Gulat di Jalan Pancing dan lain-lain juga beralih ke pihak ke tiga.
“Belum lagi sejumlah aset berupa kenderaan roda empat yang dipinjam pakai pihak ketiga dan sepeda motor roda dua,” katanya.
Seharusnya, sebut Leonard Pemprov Sumut sudah harus merancang atau memasukkan sejumlah aset di website milik pemerintah tersebut, sehingga masyarakat bisa mengetahui dimana-mana saja keberadaannya.
Leonard berharap Biro Perlengkapan dan Perawatan Setdaprov Sumut juga tidak bermain-main dalam pengelolaan dan pendataan, apalagi sampai melakukan tindakan melawan hukum dengan menjual aset milik pemerintah tersebut.
Di sisi lain dia juga mempertanyakan kinerja Pansus aset DPRD Sumut yang sudah setahun terbentuk namun belum menunjukkan ‘gebrakan’ dalam mendata sejumlah aset di daerah ini.
“Jangan terlalu lamban dan terkesan hanya seremonial saja,” tegasnya.(LMC-02)