Jakarta, 21/1 (LintasMedan) – Ekonomi global dunia saat ini mengalami krisis yang cukup serius dan dampak buruk dari resisi ekonomi dunia itu terlihat di sejumlah negara, mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, China, Rusia, sampai negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut pengamat ekonomi Adrian Panggabean, di Jakarta, Kamis, tanda-tanda resesi sudah terlihat sejak tahun 2015.
Salah satu indikasinya, menurut dia, ditandai dengan penurunan kinerja transaksi perdagangan internasional serta pelambatan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara penggerak ekonomi dunia seperti China, Brasil, Rusia dan India.
Pengaruh buruk resisi ekonomi itu terlihat jelas pada penurunan harga bahan bakar industri, seperti minyak mentah dunia dan batubara, bahan baku industri seperti karet alam, PHK di mana-mana, tingkat pendapatan masyarakat menurun dan harga kebutuhan pokok yang meningkat.
Mantan Menteri Keuangan Indonesia Muhammad Chatib Basri, menyarankan supaya pemerintah memperkuat ekonomi domestik dan menjaga daya beli.
“Caranya adalah dengan menjaga inflasi dan kembali memangkas bunga bank,” kata dia.
Sementara itu, lembaga keuangan raksasa dari Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, merilis angka kenaikan probabilitas resesi global ke level 20 persen.
Resesi global akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi global di bawah 2,5 persen.
“Angka 2,5 persen menjadi area berbahaya. Secara historis, produk domestik bruto per kapita akan negatif,” kata Elfa Bartsch, Wakil Kepala Ekonom Global Morgan Stanley, seperti dilansir Reuters, Rabu (20/1).
Morgan Stanley menyebutkan sejumlah faktor pemicu resesi, diantaranya pelemahan konsumsi AS dan Jepang akibat jatuhnya harga minyak dan harga komoditas, serta tekanan hebat terhadap ekonomi China akibat arus modal keluar dari negara itu.
Sebagaimana diinformasikan, International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Proyeksi IMF, tahun ini ekonomi dunia hanya tumbuh 3,4 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.
Tahun 2017, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 3,6 persen dari sebelumnya 3,8 persen.
IMF memberi catatan khusus bagi ekonomi Rusia dan Brasil. Ekonomi dua negara itu berpeluang minus, terburuk dalam beberapa dekade terakhir. (LMC-01/Rtrs)