Jakarta, 12/11 (LintasMedan) – Presiden Myanmar Thein Sein mengucapkan selamat kepada Aung San Suu Kyi, Rabu , setelah partai Suu Kyi muncul mengalahkan partai berkuasa dalam pemilihan umum bebas pertama di Myanmar setelah 25 tahun, dengan kemenangan mutlak di parlemen.
Thein Sein menegaskan, pemerintah akan menerima hasil pemilu dan menyetujui permintaan Suu Kyi untuk segera mengadakan pembicaraan rekonsiliasi, kendati keduanya belum sepakat dengan waktu dan lokasi perundingan.
Partai oposisi Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) sejauh ini telah memenangkan lebih dari 80 persen kursi dalam majelis rendah, dan memimpin perolehan kursi di majelis tinggi dan majelis regional.
Jika hasil akhir pemungutan suara mengonfirmasi perolehan tersebut, maka kemenangan Suu Kyi akan menggantikan penguasa lama, mantan jenderal yang telah memimpin Myanmar semenjak junta militer menyerahkan kekuasan kepada pemerintahan semi-sipil Thein Shein, 2011 silam.
“Selamat kepada ketua Aung San Suu Kyi dan partainya karena telah mengumpulkan dukungan dari rakyat.” Demikian pernyataan yang diunggah di Facebook juru bicara kepresidenan Myanmar, seperti dilaporkan oleh Reuters.
“Pemerintah akan menghormati dan mengikuti pilihan dan keputusan rakyat, dan melakukan peralihan kekuasaan secara damai sesuai dengan jadwal,” kata pernyataan tersebut. Dikatakan pula, presiden akan bekerja dengan ‘semua orang’ untuk menjamin stabilitas dalam periode pasca-pemilu.
Suu Kyi juga telah mengundang kepala tentara berkuasa untuk mengadakan pembicaraan rekonsiliasi, tapi surat tersebut belum mendapat tanggapan.
Di bawah konstitusi yang disusun hampir selama 50 tahun kekuasaan, militer memegang kekuasaan yang sangat besar dalam lembaga-lembaga politik Myanmar. Tidak jelas bagaimana nanti Suu Kyi dan para jenderal akan bekerjasama.
Di dalam suratnya, Suu Kyi yang pernah 20 tahun menjadi tahanan rumah itu mengatakan, “Ini sangat penting bagi kehormatan negara dan untuk memberikan ketenangan pikiran kepada orang-orang.”
Kenyataannya adalah, hubungan antara Suu Kyi dan kepala angkatan bersenjata Min Aung Hlaing sangat tegang. Sumber konflik terbesar antara Suu Kyi dan militer adalah klausul dalam konstitusi yang menghalangi Suu Kyi dari kursi kepresidenan karena anak-anaknya yang berkewarganegaraan asing.
Beberapa pihak menduga, militer sengaja memasukkan klausul tersebut untuk menjegal Suu Kyi menjadi presiden.(LMC/CNN/Dtc)