
Salomo Pardede (kiri) bersama pebiliar Marlando (Lando) Sihombing peraih medali emas PON XIX/2016 (tengah) dan pelatih.(Foto:lintasmedan/ist)

Bandung, 25/9 (LintasMedan) – Membina olahraga hingga mampu menghasilkan atlet berprestasi tidaklah gampang.
Namun Salomo Pardede, selaku Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Sumatera Utara punya tips tersendiri untuk tetap mampu mempertahankan atletnya dari ‘rampokan’ daerah lain.
Menurut pengusaha perhotelan yang juga anggota DPRD Sumut ini, cukup banyak daerah yang mengincar atlet yang telah mati-matian dibinanya.
Termasuk pebiliar Marlando (Lando) Sihombing, peraih medali emas PON 2016 dan Jaka Kurniawan bahkan pernah mendapat tawaran Rp1.5 Miliar untuk memperkuat daerah lain.
“Sistem kekeluargaan itu yang diterapkan dalam membina olahraga biliar di Sumut, sehingga semua atlet senantiasa merasa diperhatikan. Itu yang membuat mereka tak bergeming dan tetap bertahan membela Sumut,” kata Salomo di sela perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di Bandung, Minggu.
Pengprov POBSI Sumut di bawah kepemimpinannya boleh merasa bangga, usai para atletnya meraih prestasi spektakuler di PON Jawa Barat dengan raihan sementara 1 emas 3 perunggu.
Cabor ini bahkan masih memiliki peluang menambah pundi-pundi medali hingga, pesta olahraga nasional itu berakhir 29 September nanti.
“Kita optimistis dua hingga tiga medali masih bisa diraih pebiliar Sumut,” tutur Salomo.
Prestasi biliar daerah ini terus bergeliat sejak 2008, bahkan dua bulan Salomo dilantik memimpin organisasi olahraga itu, Sumut mampu meraih medali perunggu di PON Kalimantan Timur lewat atletnya M Fadly.
Politisi Gerindra ini terbilang ‘bertangan dingin’ dimana prestasi biliar Sumut terus muncul di kancah olahraga nasional.
Misalnya Kejurnas Semarang tahun 2010 M Fadly dan kawan-kawan kembali berhasil meraih 1 emas dan 2 perunggu.
“Itu sekaligus merupakan emas pertama Sumut di ajang kejuaraan biliar nasional,” ujar Salomo bangga.
Selanjutnya prestasi demi prestasipun terus bermunculan, yakni pada Kejurnas 2014 di Pekalongan Sumut meraih 1 emas, 2 perak dan 2 perunggu.
Kemudian Porwil 2015 di Bangka Belitung, para pebiliar provinsi ini kembali menunjukkan kemampuannya dengan raihan 2 emas, 5 perunggu sekaligus menempatkan Sumut sebagai peringkat ke 4 se Indonesia dan terkuat di luar Pulau Jawa.
Pengprov POBSI Sumut memang memiliki sejumlah pebiliar muda dan handal, seperti Jaka dan Lando misalnya yang pernah membawa nama Indonesia di kancah SEA Games 2013.
Keduanya mampu mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia di nomor Double English Ball.
Namun, kata Salomo Pengprov POBSI tidak serta merta lupa untuk melakukan pembibitan.
Dikatakannya, biliar khususnya untuk kategori putera cukup memasyarakat di Sumut.
Tinggal bagaimana seorang pembina olahraga untuk memberi keyakinan bahwa olahraga ini punya image positif dan mampu menjamin masa depan jika benar-benar berlatih secara serius.
“Pebiliar pemula yang awalnya datang lihat-lihat, kemudian saya pantau mainnya bagus dan serius langsung kita arahkan untuk latihan dan diarahkan. Semuanya begitu sampai mereka berprestasi,” kata Salomo.
Dari keseriusannya membina cabor tersebut, hingga kini Sumut punya segudang pebiliar muda yang bahkan telah disiapkan menjadi tim lapis kedua menghadapi PON empat tahun mendatang.
Sejauh ini Salomo mengakui, masih kesulitan untuk mencari bibit pebiliar puteri.
Salah satu kendalanya adalah asumsi negatif akan olahraga ini yang masih melekat di kalangan masyarakat.
“Makanya kedepan kita akan terus sosialisasikan hingga ke sekolah-sekolah dan kampus, road show ini dimulai awal 2017,” katanya.
Dia ingin pembinaan cabor tersebut mendapat dukungan seratus persen dari orangtua atlet. ( LMC-02)