Bandung, 26/11 (LintasMedan) – Kontingen Sumatera Utara menilai penyelenggaraan Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren Nasional (Pospenas) VIII di Bandung Jawa Barat, sangat jauh dari nuansa Pesantren dan Islam.
“Kita melihat sangat minim suasana Islami di acara seremonial pembukaan tadi malam di GOR Arcamanik Youth Center,” kata Ketua Panitia Kerja Tetap Pengembangan Daerah (Panjatapda), Yulizar Parlagutan (Puli) didampingi Sekretaris Mazrinal Nasution, Selasa.
Penyelenggaraan even yang bertujuan sebagai ajang silaturrahmi para santri se Indonesia itu, sesal Yulizar terkesan ingin menjadikan santri masuk dalam kehidupan milllenial.
“Ini kan sangat aneh. Sama sekali tidak ada nuansa Islami dan para santri seperti diarahkan untuk berjoget-joget mengikuti irama musik. Padahal itu bukan dunia mereka,” sesal Ketua DPW PPP Sumut itu.
Dia menyesalkan pembukaan seremonial Pospenas VIII oleh Menteri Agama Jenderal TNU (Purn) Fachrul Razi, justru diwarnai sejumlah konser musik anak muda yang sama sekali tak mencerminkan warna pesantren dan Islam.
Selain itu, Yulizar juga melihat sejumlah unsur panitia yang tidak mengenakan busana muslim di opening seremoni tersebut.
“Apa salahnya dipakaikan jilbab sebab inikan gawainya untuk para santri, jangan berikan mereka contoh yang tidak baik,” ujarnnya.
Yulizar menilai ada kesan pihak panitia di Pospenas VIII terlalu phobia dengan tumbuh besarnya kesantrian, jika melihat kurangnya gaung even nasional itu pada perhelatan kali ini.
Selain tak ada gaung ke Islaman di acara pembukaan, dia juga melihat minimnya spanduk sebagai pertanda ada gelaran even besar tersebut di Bandung.
“Sepanjang jalan saya tak melihat ada spanduk-spanduk Pospenas. Kalaupun ada mungkin jumlahnya sangat minim,” sesalnya.
Ketidakprofesionalan panitia, menurutnya diawali dari beredarnya undangan untuk menghadiri acara open seremoni yang hanya membubuhkan tanda tangan Dinas Pemuda dan Olahraga. Padahal, kata Yulizar ini merupakan even nasional. “Kesannya sangat sepele dengan Pospenas ini, ” sesalnya.
Terkait dengan hal tersebut, Ia mengimbau agar kedepan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tak perlu lagi terlalu repot untuk mengeluarkan anggaran guna mengikuti Pospenas. “Cukup kita fokus di tingkat provinsi saja. Untuk apa keluar banyak uang yang akhirnya malah menjadi dosa dengan kondisi begini,” cetusnya.
Indikasi bukan Santri
Selain itu, Mazrinal Nasution juga mensinyalir banyaknya kontingen yang menyelipkan peserta bukan santri.
“Kita curiga ada di beberapa cabang,” ucapnya.
Dalam Pospenas yang digelar hingga 30 November tersebut dipertandingkan enam cabang olahraga serta tujuh cabang seni yang dilombakan. Kejuaraan sendiri diikuti lebih dari dua ribu peserta santri dari 34 provinsi di Indonesia.
Sebelumnya Menteri Agama Fachrul Razi dalam pidatonya menyampaikan bahwa pendidikan pesantren tidak lagi masuk kategori non formal.
“Tidak ada istilah non formal lagi, karena para santri tidak kalah bertalenta dengan pelajar pada umumnya,” katanya.
Bahkan, kata dia, kualitas pondok pesantren bisa mengalahkan kualitas sekolah umum.
Dengan demikian, ia berharap gelaran tersebut dapat memperluas jalinan silaturahmi antar pondok pesantren se Indonesia dengan semangat sportifitas.(LMC-02)