
Ilustrasi - Sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi protes pembantaian warga Rohingya, di Kedubes Myanmar, di Jakarta, belum lama ini. (Foto: LintasMedan/ist)

Switzerland, 14/12 (LintasMedan) – Badan sosial Medecins Sans Frontieres (MSF) yang bermarkas di Switzerland, mengungkapkan sedikitnya 6.700 umat Muslim Rohingya tewas dalam waktu satu bulan setelah maraknya kekerasan di Myanmar pada Agustus 2017 lalu.
“Yang kami temukan itu mengejutkan, baik dari sisi jumlah orang yang dilaporkan anggota keluarganya meninggal akibat kekerasan dan juga dari laporan tentang mengerikannya cara korban tewas atau yang luka parah itu,” kata Direktur Medis MSF, Sidney Wong, sebagaimana dilansir dari BBC, Kamis.
Wong menambahkan jumlah yang tewas itu ‘kemungkinan perkiraan yang rendah karena survei tidak melibatkan semua pengungsi yang berada di Bangladesh’.
Selain itu, survei juga tidak dilakukan atas keluarga Rohingya yang tidak berhasil mengungsi ke luar dari Myanmar.
Pihak MSF menambahkan, jumlah korban yang didasarkan pada survei terhadap pengungsi di Bangladesh itu jauh lebih tinggi dari angka resmi 400 jiwa yang dikeluarkan oleh Pemerintah Myanmar.
MSF menyebutkan bahwa korban yang mencapai ribuan itu merupakan ‘indikasi terjelas sejauh ini tentang meluasnya kekerasan’ oleh pihak berwenang Myanmar namun militer Myanmar membantah dan menuding kekerasan dilakukan oleh ‘teroris’.
Sejak serangan atas sejumlah pos polisi oleh kelompok militan Rohingya, Agustus lalu, sekitar 647.000 orang Rohingya -berdasarkan perkiraan MSF- mengungsi ke Bangladesh untuk menghindari aksi kekerasan oleh aparat keamanan Myanmar maupun kelompok nasionalis Buddha.
Menurut MSF, temuannya memperlihatkan sedikitnya 9.000 umat Muslim Rohingya tewas di Myanmar dalam periode 25 Agustus hingga 24 September.
“Dengan perkiraan yang paling konservatif, sedikitnya 6.700 dari korban yang tewas itu diakibatkan kekerasan, termasuk 730 anak-anak berusia di bawah lima tahun,” seperti dalam pernyataan MSF.
Sejak kekerasan meledak di Myanmar beberpa waktu lalu, Bangladesh sudah menjadi tempat penampungan ratusan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri. (LMC-03/BBC)