

Medan, 28/5 (LintasMedan) -“Yuk kita viralkan nilai-nilai olympism dalam kehidupan sehari-hari,” ajak Dr N Rosi Nurasjati Spd, Mpd.
Menurutnya jika virus Olympic itu bisa tersebar yang dimulai dari dalam diri sendiri, diyakini akan tercipta kedamaian dan tidak akan ada keributan di negeri ini.
Rosi panggilan akrabnya merupakan mantan atlet karate nasional di era tahun 1988 hingga 1999. Peraih medali emas Asia 1995 dan 1997 ini merupakan salah seorang pembicara di pelatihan peningkatan kapasitas manajemen cabang olahraga yang terselenggara selama tiga hari di Medan baru-baru ini.
Sebagai seorang pelatih olahraga Rosi menanamkan semangat olympism tersebut kepada atletnya termasuk kepada puteri kandungnya yang juga seorang karateka.
Namun katanya nilai-nilai olympism tersebut bukan hanya bermanfaat di lingkungan olahraga saja. Bahkan dirinya kerap dipanggil untuk melakukan sosialisasi tentang hal itu termasuk di lingkungan partai politik dan perusahaan.
“Jika nilai-nilai Olympism ini terpatri dalam diri kita masing-masing, tentu tidak akan ada lagi berbagai konflik sebagimana konflik yang terjadi di lembaga DPR dan dunia politik lainnya. Karena semua pihak pasti bisa saling menghargai,” ucap wanita bertubuh mungil ini.
Apa itu Olympism? ternyata berasal dari sejarah olimpiade kuno yang pertama digelar di Kota Athena Yunani.
Perhelatan pesta olahraga dunia itu memiliki beberapa filosofi di antaranya selalu menjaga kesucian diri selama bertanding, menjaga kekuatan dan kebugaran fisik, keterampilan dan ketahanan mental (jiwa satria).
Semangat untuk berprestasi, kejujuran dalam pertandingan, saling menghargai, terciptanya perdamaian, terjalinnya kompromi dan kesepakatan antar suku, penghargaan tertinggi (pahlawan, hadiah dan,monumen), peningkatan ekonomi (transaksi, usaha, perdagangan), serta sukarian dan sukacita.
Namun kenyataannya kini filosofi itu susah untuk diwujudkan termasuk dalam dunia olahraga.
Sehingga nilai-nilai olimpiade itu sudah seharusnya kembali diviralkan bahwa hingga seluruh dunia sebagai solusi mengatasi krisis sosial, politik akibat dari konflik dan permasalahan di beerbagai negara.
Kegiatan olimpiade, kata dia diharap bisa memberikan inspirasi dan semangat persaudaraan dalam upaya membangun resolusi perdamaian mengatasi kekacauan di seluruh dunia.
Nilai-nilai olympism meliputi : Respect (rasa hormat), excellence (terbaik) dan frienship (persahabatan).
“Ketiganya sangat berkaitan, jika tidak ada untuk menghormati dalam diri kita, tentu kita tidak akan pernah mengakui keunggulan orang lain. Nilai-nilai persahabatan bahkan berempati dan bersimpati kepada orang lain juga pasti tidak akan pernah ada,” ucapnya.
Dalam dunia olahraga ketiga nilai tersebut perlu ditanamkan pelatih kepada atlet, untuk terciptanya olahragawan yang memiliki semangat juang namun tidak semata-mata mengutamakan kemenangan.
Sebab, kata rosi jika sudah kemenangan terpatri dalam hati menjadi prioritas utama, tentu akhirnya akan menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Bahkan cenderung menyalahkan wasit jika dirinya kalah, menggunakan doping bahkan kerap terjadi perkelahian di arena pertandingan.
Maka terciptalah manusia-manusia yang ambisius, namun sebaliknya menjadi gampang frustrasi apabila tujuan utamanya tidak tercapai.
“Jadi saatnya kita menghilangkan jargon-jargon yang menyeramkan dan terkesan arogan dalam dunia olahraga, seperti pasti menang, habisi lawan dll,” katanya.
Olahraga menurut Rosi tujuan utamanya adalah ibadah karena kegiatan olahraga salah satu upaya memuliakan manusia, sedangkan menang hanya untuk yang terbaik. “Kemenangan itu datangnya dari Tuhan. Jika Anda kalah berarti Tuhan belum berkehendak meski telah berusaha. Itu yang selalu ditanamkan kepada anak didik di perguruan saya,” ucapnya.
Dia mencontohkan sejumlah atlet tingkat dunia yang selalu berdoa di arena usai memenangkan pertandingan, atau bahkan mengacungkan jari telunjuk ke atas. “Itu merupakan ungkapan terima kasih sang atlet kepada Tuhan,” ujarnya.
Rosi juga mengaku selalu menanamkan kalimat-kalimat positif dalam dirinya karena itu juga bagian dari nilai-nilai olympism. “Usahakan untuk tetap menggunakan kalimat-kalimat positif dan jika ada angan-angan ucapkan saja minimal kepada diri sendiri.meskipun balasan yang diperoleh tidak seperti yang kita harapkan. Namun yakinlah aura positif pasti akan menghampiri,” ucap Rosi yang pernah menjadi anggota dewan prima bidang seleksi KONI Pusat ini . (LMC-02)